Kurn kurnia

Life is a celebration of infinite possibilities!


Andri

Andri, anak kelas 4 sebuah sekolah dasar swasta yang cukup bergengsi di Jakarta. Saya kebetulan mengenalnya bertahun-tahun lalu ketika saya masih kuliah. Waktu itu, untuk mencari tambahan biaya kuliah, saya menemaninya belajar tiap hari.

Saya datang ke rumah Andri setiap sore, sekitar jam 6. Saya menghabiskan waktu dengannya sampai dengan jam 10 malam, tapi bila ada ujian esok harinya, saya bisa bersamanya sampai tengah malam. Sejatinya saya hanya menemaninya belajar. Apa itu belajar? biasanya waktu belajar bersama saya dihabiskan dengan mengerjakan pekerjaan rumah, MENGHAPAL tanggal-tanggal, MENGHAPAL nama-nama, MENGHAPAL ayat-ayat alkitab, MENGHAPAL dan terus menghapal.

Mama Andri membelikan banyak buku tambahan untuk belajar. Buku tanya jawab, plus kunci jawabannya untuk saya tentu saja. Buku tambahan ini disiapkan oleh pihak sekolah, dan disampul bukunya dikatakan telah disesuaikan dengan kurikulum yang terbaru. Kurikulum yang memuat banyak sekali bahan-bahan baru untuk DIHAPAL.

Bagi yang mempunyai akun twitter, jenis dan contoh pertanyaan Andri bisa dilihat dalam timeline @soalBOWBOW, pada saat saya menulis ini, saya sudah menjawab banyak sekali soal-soal tersebut dan selalu mengingat Andri tiap kali menjawabnya.

Hal terburuk adalah bila besok ada ulangan. Dan akan lebih buruk bila hasil ulangan Andri kurang dari 60. Seringkali saya datang dan disambut dengan wajah murungnya, dan biru-biru di sekujur tangannya! Mama Andri selalu merasa tertekan dan akan langsung menambah jam belajar Andri dengan MENGULANG soal-soal yang diberikan saat ujian. Mama Andri bukan orang penyabar, darah tingginya akan langsung kumat, dan Andri akan menjadi korban cubitannya.

Pada bulan-bulan pertama, saya seringkali merasa sangat bersalah karena tidak berhasil membuat Andri lebih pintar MENGHAPAL. Mama Andri selalu mengingatkan saya bahwa saya bertugas untuk membantu Andri berhasil dalam sekolahnya. Beberapa kali saya ingin untuk berhenti saja, tetapi pada akhirnya saya teruskan karena tidak tega dan merasa kasihan pada Andri.

Ya saat itu saya memang butuh uang, tetapi saya dapat dengan mudah mencari pengganti Andri. Banyak sekali orang tua yang khawatir anaknya tertinggal pelajaran dan gagal dalam sekolah. Bahkan saya tidak pernah beriklan untuk jasa menemani belajar tersebut. Saat itu saya menemani belajar beberapa murid sekolah dasar secara privat, artinya saya datang ke rumah mereka sepulang sekolah.

Murid-murid saya, yang semuanya bersekolah di sekolah swasta yang punya nama, rata-rata memiliki jadwal kegiatan sehari-hari yang sama. Pulang sekolah sore hari, istirahat sebentar, lalu dilanjutkan dengan 1-2 jam untuk mengerjakan PR, lalu 1-2 jam untuk menghapal bila esok ada ulangan, mereka rata-rata selesai dengan urusan sekolah ini tiap jam 10 malam.

Sabtu dihabiskan dengan kegiatan ekstra-kurikuler, basket, atau renang, atau drama sekolah, atau balet dan kursus bahasa Inggris + kursus KUMON + kursus bahasa Mandarin. Hanya di hari minggu mereka bisa terbebas dari kegiatan sekolah (walau seringkali saya datang di hari minggu malam untuk menemani belajar bila seninnya ada ulangan).

Siapa yang salah? tak tahulah. Saya tak berminat untuk mencari siapa yang salah dari carut marut sistem pendidikan kita. Pendidikan yang menekankan bahwa penguasaan pengetahuan adalah sama dengan MENGHAPAL. Pendidikan yang memiliki standar kenaikan kelas dengan mengukur berapa banyak yang berhasil diserap (baca: DIHAPAL) oleh anak didik dalam kurun waktu satu tahun pelajaran.

Tapi saya sangat berminat untuk mencari cara untuk menelikung semuanya. Bila kita kalah dalam melawan sistem ini, kita harus ubah aturan mainnya. Bagaimana?

Bangkok, 24 November 2010
*Andri tentu saja bukan nama sebenarnya, bertahun-tahun saya tak mendengar kabarnya lagi, semoga dia baik-baik saja

tentang Pengetahuan

Anda pernah dengar teori BigBang? Kemungkinan besar anda pernah mendengar walau tak sepenuhnya mengerti. Tak mengapa, karena para ahli yang mengajukan teori ini dan sepasukan astronomer dan fisikawan teori yang terus mempelajarinya juga tak sepenuhnya mengerti.

Teori BigBang diajukan berdasarkan pengamatan Edwin Hubble, seorang astronomer yang sehari-hari mengamati bintang-bintang dan galaksi-galaksi yang jauh. Hubble mengamati galaksi2 yang sama setiap malam, dan mencatat spektrum cahaya yang diterima di bumi. Berdasarkan spektrum cahaya tersebut, ia dapat memperkirakan waktu tempuh cahaya dari galaksi tersebut ke bumi. Karena kecepatan cahaya adalah konstan, maka ia dapat memprediksi jarak galaksi tersebut. Dari pengamatannya, dia mencatat pola yang aneh, yang belum pernah diketahui oleh umat manusia lainnya. Galaksi-galaksi yang jauh tersebut hampir seluruhnya bergerak manjauhi bumi, semakin jauh galaksi tersebut semakin cepat pula kecepatannya menjauhi bumi.

Mengapa galaksi-galaksi tersebut bergerak menjauh? untuk menjawab pertanyaan inilah, para ahli merumuskan hipotesa bahwasanya pada suatu ketika di masa lampau, galaksi-galaksi tersebut memulai perjalanannya dari satu titik.

Dari titik nol tersebut, Einstein menyebutnya titik Singularitas, semesta meledak. Energi yang terlontar dari titik tersebut tak terbayangkan besarnya, dan seiring dengan turunnya suhu karena ekspansi, energi tersebut berubah menjadi materi. Dalam ekspansi semesta ini terdapat perbedaan suhu dibeberapa tempat, maka terjadi perbedaan pusat gravitasi, dan mulailah materi-materi tersebut tertarik ke titik-titik dengan gravitasi yang lebih besar. Tumbukkan materi-materi yang tertarik tersebut memulai fusi nuklir dan semesta mulai menyala. Dimulailah kisah hidup bintang-bintang.

Berdasarkan perhitungan para ahli, mereka sepakat bahwa titik nol tersebut dimulai sekitar 13.7 milyar tahun silam. Bandingkan dengan umur bumi yang 'baru' sekitar 4.5 milyar tahun. Dan bandingkan dengan umur nenek moyang manusia ketika berpisah nasib dengan simpanse sekitar 5 juta tahun lalu, dan homo sapiens sebagai 'bentuk' yang lebih mirip manusia baru muncul sekitar 250,000 tahun lalu. Catatan pengetahuan kita tentang peradaban-peradaban tertua di dunia yang peninggalannya dapat kita saksikan sekarang seperti peradaban Mesir Kuno, Mohenjo Daro di lembah Sungai Indus, peradaban Amerika Selatan, Mesopotamia, Cina kuno baru ada sekitar 5000 tahun lampau.

Pengamatan kita tentang realitas semesta ini telah dicoba untuk disatukan ke dalam satu teori yang padu. Einstein telah mencobanya, dan dia gagal. Kini Stephen Hawking mencoba memberikan hipotesa baru, suatu teori yang mencoba menyatukan seluruh fenomena di alam semesta, ruang-waktu, gravitasi, dll dll. Dalam teori yang sangat sukar dipahami ini, semesta memiliki 11 dimensi. Ya, kita hidup dalam semesta dengan 11 dimensi!

Apakah hipotesa Hawking akan mampu bertahan dari gempuran hasil observasi para ilmuwan? kita masih harus menunggu validasi sebagian dari prediksi-prediksi yang terkandung dalam hipotesa Hawking ini, karena alat yang dipakai para ilmuwan untuk menabrakkan atom tak bisa beroperasi maksimal. Alat ini adalah CERN, sebuah mesin monster milik negara-negara Eropa yang besarnya mengelilingi kota Genewa, Swiss. Di mesin ini, atom-atom ditembak sampai dengan nyaris secepat cahaya dan ditumbukkan satu sama lain. Atom tersebut tak akan mampu bertahan dan kolaps. Kejadiannya sangat cepat, sehingga para periset tak bisa mengikutinya secara langsung, seperti siaran langsung di televisi. Para periset mengandalkan rekam jejak dari kejadian tersebut untuk mengumpulkan data. Salah satu percobaan yang kini tengah digarap adalah untuk menvalidasi prediksi Hawking bahwa blackhole tidak melulu menarik segala materi tetapi juga memancarkan sub-partikel.

Apakah titik nol itu? apa yang terjadi sebelum BigBang? mengapa terjadi BigBang? secara teori, sebelum BigBang tak ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu dimulai saat BigBang. Dapatkah anda membayangkan keadaan dimana Ruang dan Waktu tidak ada? Bahkan gambaran kita tentang Surga dan Neraka melibatkan konsepsi tentang Ruang dan Waktu.

Ledakan pengetahuan yang kita miliki saat ini masih berupa coret-coretan tak berbentuk, hubungan antara materi dan energi telah kita kuak. Peran gravitasi dalam ruang dan waktu juga semakin jelas, tapi masih banyak hal yang belum dapat kita terangkan. Bahkan data-data yang kini kita miliki pun belum dapat kita pahami.

Bagaimana kita menerangkan hubungan antara materi/energi dengan kesadaran kita sebagai manusia? Pengetahuan kita tentang unsur dasar makhluk hidup berbasis karbon telah sangat maju bila dibandingkan dengan keadaan 10 tahun lalu misalnya. Kita memang tahu bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya berkembang menurut cetakan DNA-nya. Kita bahkan telah memetakan seluruh genome manusia. Dengan teknologi yang kita miliki saat ini, kita dapat memetakan seluruh genome makhluk hidup di Bumi.

Pemanfaatan pengetahuan ini akan kita nikmati di masa mendatang. Kemungkinan yang dapat kita petik dari pengetahuan tentang genome ini seakan tak berbatas. Kita dimungkinkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kita, kualitas fisik kita, meniadakan penyakit-penyakit yang diturunkan secara genetis. Kita bahkan dapat menganalisa virus dan bakteri penyebab penyakit dan mengalahkan mereka dengan mencari kelemahan dalam struktur genome mereka. Sangat mungkin kita akan dapat mengalahkan virus. Ini adalah kemenangan terbesar manusia dalam perang melawan virus, mengingat untuk virus flu biasa saja kita tak memiliki obat.

Tapi tetap tersisa pertanyaan-pertanyaan bagi umat manusia. Bagaimanakan hubungan kesadaran dengan badan materi manusia? Mungkin kita masih akan mengandalkan jawaban tradisional dari para filsuf dan agama untuk pertanyaan ini untuk sementara waktu. Tapi di masa mendatang? siapa yang tahu masa mendatang?

Bangkok, 6 Oktober 2010

Matinya Filsafat Kita

"Filosofi sudah mati!" begitu kata Stephen Hawking. Astronom dan fisikawan teori yang mewarisi nama besar Sir Isaac Newton dan Albert Einstein. Buku terbarunya telah terbit, The Grand Design, juga telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

Hawking mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan berabad-abad silam. Pertanyaan-pertanyaan yang secara tradisional menjadi bahan pemikiran, perenungan dan perdebatan para filsuf seperti bagaimana cara kita dapat mengerti dunia tempat kita terlahir kini, bagaimana dunia kita sesungguhnya bekerja, apakah realitas itu, darimana semesta termasuk kita di dalamnya berasal, apakah semesta memerlukan pencipta untuk eksis.

Para filsuf telah membolak-balik pertanyaan yang sama sejak hampir 5000 tahun silam. Berdasarkan rekam jejak sejarah, para brahmin di India telah mulai mempertanyakan tujuan kita hidup sejak 2000 tahun sebelum masehi. Semua teori dan kemungkinan telah dijabarkan oleh mereka.

Tapi manusia tak bisa lepas dari cara pandang yang dihasilkan oleh pengamatannya terhadap dunia dan sekitarnya. Takkala mereka memandang langit, jauh sebelum langit terpolusi oleh cahaya listrik dan asap yang kita hasilkan kini, mereka takjub melihat bintang-bintang menggantung. Setelah beberapa saat, mereka menyadari bahwa posisi bintang-bintang itu tidak sama sepanjang malam, mereka bergerak! Beberapa dari nenek moyang manusia ini mulai membuat catatan, dan mulai menemukan suatu pola pergerakan bintang-bintang di langit. Peta langit pertama yang hanya diamati oleh manusia dengan mata telanjang pun tercipta, berabad-abad sebelum teleskop sederhana pertama digunakan sebagai alat bantu.

Pergerakan bintang yang kita amati dari bumi memberikan sensasi bahwa mereka bergerak mengelilingi bumi. Para pelaut dan pengembara di gurun-gurun menggunakan pengetahuan tentang posisi bintang ini sebagai penanda arah, sangat berguna agar tidak tersesat di tengah-tengah samudera atau padang gurun yang luas. Sebagian dari nenek moyang kita mulai menghubungkan kejadian-kejadian penting disekitar mereka dengan posisi bintang-bintang di langit. Lahirlah Astrologi, yang hingga kini ramalannya masih selalu ditunggu.

Manusia juga mulai mempertanyakan mengapa mereka lahir ke dunia ini. Sangat sulit untuk menerima bahwasanya kita lahir dan kemudian mati tanpa sebab. Manusia mencari jawabannya ke dalam diri maupun ke luar diri. Dan terus mencari hubungan di antara keduanya.

Kita, saya dan anda, sangat beruntung hidup di awal abad 21 ini. Perang besar yang terakhir kita rasakan sebagai umat manusia adalah Perang Dingin antara Amerika Serikat VS Uni Sovyet yang berakhir di akhir abad 20 dengan kebangkrutan Uni Sovyet. Dengan ketiadaan perang ini, umat manusia memiliki waktu luang untuk mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang menggelitik keingintahuan kita sebagai manusia.

Lembaga-lembaga riset, universitas, dan sekumpulan elit periset dan ilmuwan dunia kini memiliki waktu dan kesempatan untuk menjelajahi bidang ilmu mereka sampai batas yang paling jauh. Keadaan damai ini pula memungkinkan kemajuan teknologi berkembang sangat pesat, kemajuan yang belum pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan. Memang kemajuan ini sangat timpang, informasi dan penyebaran manfaat dari kemajuan ini selalu mengakibatkan gegar budaya.

Saya memiliki handphone pertama saya waktu kuliah, Nokia 5500 kalau tidak salah. Handphone sejuta umat dengan layar hitam putih dan saat itu berukuran relatif kecil. Dalam waktu hanya 8 tahun, kini saya menggunakan Blackberry bold dengan layar lebar penuh warna dan kemampuan mengakses internet. Anda bisa bayangkan bila kita sekarang memperkenalkan handphone ini ke sebuah suku di pedalaman Irian Jaya yang bahkan belum mengenal listrik. Apakah anda bisa memprediksi gegar budaya dalam suku tersebut? Sayangnya ketimpangan ini akan semakin lebar di masa mendatang.

Hawking adalah sedikit ilmuwan yang selalu berupaya untuk mengkomunikasikan apa yang telah dicapai oleh para ahli, khususnya di bidang keilmuwannya yakni astrologi dan fisika, kepada khalayak ramai. Dia telah menerbitkan beberapa buku, di antaranya The Brief History of Time. Dalam buku ini dia menjabarkan betapa pandangan kita terhadap ruang-waktu berubah. Einstein memperkenalkan suatu ruang-waktu yang lain dari yang kita biasa kita pahami. Ruang dan waktu yang relatif.

Tapi bahkan pada jaman Einstein hidup. Teknologi yang dimiliki umat manusia tidak bisa digunakan untuk melakukan percobaan-percobaan untuk membuktikan prediksi-prediksi yang terkandung dalam teori-teorinya. Bahkan prediksi dalam persamaan Einstein bahwasanya materi dengan massa yang sangat besar mampu membelokkan cahaya, tidak dapat dibuktikan pada saat Einstein masih hidup.

Jaman sesudah Einstein, kemajuan teknologi memberikan manusia alat tambahan untuk mengamati semesta, baik makro-kosmos maupun mikro-kosmos. Revolusi komputer juga memungkinkan kita memiliki mesin yang cukup punya daya untuk memproses data-data yang sangat besar yang kita kumpulkan.

Teleskop Hubble diluncurkan ke ruang angkasa untuk mengintip alam semesta. Dari gambar-gambar yang dikirimkan ke bumi, para periset mempunyai data-data yang tak pernah dilihat umat manusia sebelumnya. Kita kini bisa melihat bintang yang bertabrakan, bintang yang sedang sekarat, galaksi yang bertabrakan, galaksi muda yang masih dalam pembentukan. Kita bisa mengintip pusat galaksi kita, milky way aka bima sakti, dan mengamati blackhole yang menjadi jangkar rotasi galaksi kita. Kita juga memiliki teleskop gelombang radio, bahkan NASA telah mengirimkan misi ke planet Mars.

Dengan hasil pengamatan yang tak pernah bisa dirasakan oleh para filsuf jaman lampau. Hawking dapat dengan aman mengatakan bahwa filsafat sudah mati, karena pertanyaan-pertanyaan dan spekulasi mereka terbatas pada kemampuan pengamatan mereka pada jamannya. Tapi Hawking juga menghidupkan kembali gairah keingintahuan manusia, dan mungkin para filsuf modern akan lahir. Akankah Indonesia melahirkan filsuf-filsuf yang mampu menjawab tantangan Hawking? mudah-mudahan!

Bangkok, 6 Oktober 2010

Visions

Profesor Michio Kaku menggambarkan kemajuan ilmu pengetahuan di abad 21 kini dan mencoba memberi gambaran arah perkembangan ilmu dan teknologi di jaman mendatang. Dalam "Visions" buku yang dia tulis setelah menginterview 150 ahli dalam berbagai bidang termasuk para peraih nobel di bidang ilmu pengetahuan, Profesor Michio memberikan gambaran bahwa perkembangan ilmu dan teknologi akan berpusat pada 3 bidang utama, yakni:

1. Perkembangan di sekitar Revolusi Fisika Quantum

Fisika Quantum mempelajari berbagai hal diseputar energi, perubahan energi menjadi materi, perilaku energi dan materi, dan hal-hal yang berkaitan. Dengan kata lain, fisika quantum berupaya mempelajari unsur-unsur dasar penunjang eksistensi, energi dan materi. Dalam teknologi terapan, revolusi komputer saat ini merupakan implikasi dari perkembangan transistor dan laser yang memungkinkan peningkatan kemampuan komputer secara drastis, dan kemampuan mengangkut data secara cepat dengan kapasitas yang besar sehingga memungkinkan komputer membentuk network yang kita kenal dengan internet.

2. Revolusi Komputer

Saat ini kemampuan komputer demikian besar dan perkembangan kemampuan tersebut semakin cepat seolah memvalidasi Hukum Moore yang menyatakan bahwa kemampuan komputer akan berlipat dua dalam waktu 18 bulan. Tetapi perkembangan ini akan menemui hambatan pada saat kemampuan kita untuk "menjejalkan" transistor kedalam komputer terhalang oleh batasan fisik silikon. Kita perlu revolusi teknologi berdasarkan revolusi quantum untuk menghasilkan superkomputer baru. Dengan perkembangan biomolekuler, perkembangan komputer akan mengarah pada komputer dengan kemampuan intelejen (artificial intellegent).

3. Revolusi Biomolekuler

Perkembangan riset biomolekuler sudah sampai taraf yang memungkinkan terjadinya akselerasi akumulasi pengetahuan. Berdasarkan pengetahuan ini, penerapan teknologi untuk kehidupan sehari-hari akan berjalan seiring. Saat ini, dengan kemampuan komputer dan robotik yang kita miliki, kita telah mampu mengurai dan memetakan seluruh genome manusia. Pengetahuan ini memang baru seperti peta buta, kita belum mempelajari dan mengetahui fungsi dari masing-masing genone tersebut. Tapi kita tahu bahwa genome adalah bangunan dasar semua makhluk hidup, dengan menguasai peta genome, di masa depan kita berpotensi untuk mengubah laju evolusi manusia dengan menambah kapasitas otak, atau menyembuhkan penyakit-penyakit genetis seperti kanker, dan beribu macam kemungkinan lainnya. Kita juga memiliki kemampuan untuk membongkar bangunan dasar virus-virus, bakteri-bakteri, dan semua mikroorganisme yang menyebabkan derita kemanusiaan seperti tbc, kolera, hiv, ebola, hepatitis, dan lain-lain. Dengan mengetahui bangunan dasar mereka, kita akan sanggup melakukan riset untuk mengalahkan mereka.

Perkembangan di tiga bidang ini akan menjadi sumber utama kemakmuran suatu bangsa. Seperti juga ketika bangsa-bangsa yang menguasai teknologi mesin uap pada abad 18 berkembang menjadi para penguasa dunia. Saat ini, negara-negara maju (developed nation) telah mulai melakukan investasi besar-besaran untuk tidak ketinggalan dan memastikan mereka mendapatkan keuntungan maksimal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di antara negara berkembang, rasanya baru China dan India yang secara sadar, dalam arti memiliki rencana dan strategi untuk ikut serta dalam revolusi ini.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sudah saatnya bangsa Indonesia mulai memikirkan rencana jangka panjang agar tidak tertinggal dalam kemajuan ilmu dan pengetahuan ini. Dengan modal yang sekarang kita miliki, kita mampu setidaknya membangun kultur yang menumbuhkan penggalian ilmu dan teknologi. Strategi yang paling masuk akal untuk mengejar ketertinggalan kita adalah dengan membangun basis ilmuwan dan periset-periset Indonesia, mengirim mereka untuk belajar dari pusat-pusat ilmu pengetahuan dunia dan membangun basis industri untuk menopang dan mengeksploitasi ilmu yang telah dapat kita kuasai.

Mudah untuk bicara memang. Setidaknya kita harapkan optimisme untuk mulai segera bergerak! Seperti kata Sun Tzu, tak ada negara besar yang menang perang dengan berlama-lama. Tetapi banyak negara kecil yang menang perang karena segera bertindak. Hayo Indonesia, majukan negara dan bangsamu, demi kemanusiaan.

Bangkok, 3 Oktober 2010

Tentang Mati


Waktu kecil saya tak pernah bertanya tentang mati. Ya, waktu itu nenek saya meninggal karena sakit, seingat saya dia menderita kencing manis. Saya dibangunkan pagi-pagi oleh ibu saya untuk menengok nenek saya di kamarnya. Saya kini sudah lupa apakah waktu saya masuk ke kamar nenek saya, dia sudah meninggal atau belum. Nenek Saya meninggal sesudah kakek buyut saya. samar-samar saja Saya mengingatnya, kini hanya berupa penggalan-penggalan ingatan tentang upacara kematian dan penguburannya. Saya masih kecil, belum masuk sekolah dasar mungkin.

Setelah itu paman saya meninggal karena TBC. Dia mati muda, tak menikah dan tak meninggalkan banyak kenangan bagi saya. Saya hanya ingat dia pernah membuat kukus telur yang enak, dan dia pernah menggunduli kepalanya dan mengolesinya dengan mentega. Kepalanya terlihat bersinar dan menjadi bahan olok-olok ibu Saya. Setelah itu, rambutnya tumbuh subur!

Yang paling saya ingat adalah waktu ayah saya meninggal. Saya telah kuliah saat itu. Saya ingat bagaimana dia meninggal, mengingat upacara kematiannya, kremasinya dan detail-detail lainnya. Tapi entah mengapa saya tak pernah merasakan sedih yang mendalam karena kehilangan, perasaan saya mereka sedang melakukan perjalalan yang jauh.

Mati memang bukan topik untuk anda bicarakan di meja makan. Apalagi ketika anda makan bersama dengan calon mertua anda. Entah mengapa kita enggan. Mungkin karena kita diam-diam takut, atau mungkin kita sudah pasrah saja karena kematian itu pasti. Saya ingat suatu cerita tentang seorang penyair terkenal di dataran Tiongkok jaman dulu. Sang penyair begitu terkenal ke seluruh pelosok negeri, hingga suatu saat ia diundang oleh seorang bangsawan. Bangsawan ini menyiapkan jamuan mewah dan mengundang orang-orang terpandang ke rumahnya. Di tengah jamuan tersebut, sang bangsawan meminta sang penyair membuatkan suatu syair bagi kemakmuran dan kesejahteraan keluarganya. Sang penyair mengambil pena dan mulai menuliskan syair berikut:

”Kakek Mati, Ayah Mati, Anak Mati”

Sang bangsawan marah bukan kepalang ketika sang penyair membacakan dan menyerahkan karyanya. Hadirin yang mendengarkan pun terkesima dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Dengan tenang sang penyair bertanya kepada sang bangsawan mengapa ia tak setuju dengan urutan yang paling alami tersebut. ”Bukankan bila anakmu mati sebelum kakeknya dan kau mati, kalian berdua akan patah hati?”

Kata Sutardji, kita menabung mati segobang-segobang. Mungkin. Tapi banyak di antara kita yang telah dan akan mendapatkan lotere. Tanpa sebab, tanpa kabar, tanpa tanda-tanda, kita meninggalkan semuanya di dunia ini. Kemana? Entahlah!


Bangkok, 28 September 2010
Dalam mati kita ada cinta, hanya cinta, dan tak boleh ada air mata

(semoga bukan) Republik Dagelan!

Setelah terusik dengan pemberitaan Kompas.com tanggal 4 Juni 2010.


http://nasional.kompas.com/read/2010/06/04/13295453/Anggodo.Menang..Bagaimana.Nasib.KPK.

Saya mencoba menelusuri perkembangan kasus "Cicak VS Buaya" yang seolah telah dilupakan. Kasus yang pada mulanya menghebohkan Indonesia ini lalu kemudian bergeser (atau sengaja diplesetkan) ke kasus Bank Century. Saya cari di YouTube tentang si tokoh Antagonis kasus Cicak VS Buasa ini, Susno Duadji. Satu jam lebih saya mengikuti perbincangan antara Susno Duadji dengan Andy F. Noya dalam acara Kick Andy di YouTube.

http://www.youtube.com/watch?v=QW_cW5Bnj0c&feature=PlayList&p=F006875EDD79DEB7&playnext_from=PL&index=0&playnext=1


Saya sangat menyarankan sidang pembaca untuk melihat dan menyimak dialog Andy F. Noya dengan Susno. Ada perspektif lain yang terungkap, ada kemungkinan-kemungkinan lain yang lenyap tertelan gegap gempita media massa. Bukan saya hendak mencari keadilan, atau membuat analisis, atau memberi sumbang saran. Hanya sekedar keingintahuan dan harapan bahwasanya kita tidak hidup di Republik Dagelan.


Bangkok, 8 Juni 2010

TAoDN # 3

Spices.... yes spices! Commodity that boom in European kingdoms several centuries ago. I want to talk about spices now. I don't want to waste your time, and mine. So, listen carefully:

Boiled 1.5 cup of water + put 2 cm of cinnamon (don't put it too much, it will overwhelmed everything else) + 7 pieces of cardamon + 7 pieces of black pepper corn + 3 pieces of star anise + a bit of ginger + 1 tea cup of black tea (darjeeling would be lovely).

Wait until it all boiled at least for 5 minutes.....

Pour on 2 cups. Add sugar (i used honey) if you like.

In  some part of the world, India to be exact. The people there put milk in proportion 1:1 and call the drink Chai Tea.

Stir well and drink it while hot. Enjoy.

Bangkok, 20 May 2010

19 May 2010: Bangkok

15 May 1998, I was at the top floor of Syarif Thayeb Building, Trisakti University. In front of me was a city in inferno. Black thick smokes filled the city sky like a dark spell from hell. I sat, I could feel my nerves shrinking and there was a feeling, an eerie feeling that hard to be described. It was a lost  maybe, sadness and denial. I was not an activist, nor any member of student movement. Just an ordinary student in his last year trapped in the darkest moment of history.

19 May 2010, I was in Bangkok witnessing its darkest moment. I saw things unfolded in sequences that feels so familiar. The hatred, the raging inferno and that black thick smokes overwhelming the city like a dark spell from hell. As I walked back to my condo that eerie feeling come to me again. A feeling that still hard to be described. Maybe a lost, sadness and denial.

I never know for sure.


Bangkok, 20 May 2010
For Jan with tons of thanks

TAoDN # 02

In one of many quotes that appeared on my facebook wall: "success breeds success".

Maybe it is true, because after my discovery of "Love Roselle", a drink i just experimented successfully. I tried to imitate a refreshing drink that i got from a hotel in Sri Ayutthaya Road (ok! i forgot its name) when my friends from Trans TV came to Bangkok several months ago. After 2 times of trial and errors, here is my fixed formula:

1 Cup of Boiling Water + 1 Teaspoon of Green Tea + 1 Pieces of Young Lemon Grass + Sugar + A lot of Ice Cube

=

A Refreshing drink that i will make you, off course, re-fresh!

I warn you that the first time you drink this potion will remind you to mosquito repellent aroma. But after awhile, you will crave for more. It's a kind of acquired taste, just like wine.


Bangkok, 16 May 2010
Regard to Wisata Kuliner Team Trans TV, Kapan datang lagi?

TAoDN # 01

When people went out to do their things such as protesting their government, or making a lot of noises by clapping hands, or burning phone box and tyres on the streets, or firing M16 and granade launchers, I was too scary to go out of my condo. Sure, I was trying hard to do something useful, just to make my worries away.

So, I start to experiment with spices. Yes, spices are kind of stuffs your Mom put into boiled water to make many wonderful things. I follow Mom and boiled water.

Let's see what is my chemical formula that I want to try:

1 Cup of Boiling Water + 2 Pieces of Roselle + 1 Pieces of Star Anise + 2 Spoonful of Sugar + Lot of Ice Cube

=

Voila...!!! Refreshing drink that taste better that Fruit Tea of The Coffee Bean and Tea Leaf.

Try it yourself
:)

Bangkok, 16 May 2010
What is Roselle?

Kabar Gembira

Apakah anda merasa bosan dengan hidup anda? Tidak merasa dicintai? Tidak mengetahui tujuan hidup anda? sehingga menyebabkan anda depresi dan tidak bahagia... ah jangan terlalu merasa istimewa, karena banyak yang merasa seperti anda.

Anda mungkin perlu terapi intensif menonton televisi. Bukan, bukan acara gosip atau berita yang perlu anda tonton, atau film-film eksyen maupun roman percintaan. Cobalah tonton tayangan iklannya. Ya, iklan-iklan itu bersusah payah untuk memberitahu anda, bahwa telah ditemukan produk-produk baru yang harus anda coba. Semua produk yang ditawarkan disana diciptakan khusus untuk menambah kebahagiaan hidup anda.

Kalau anda biasa minum air putih, mungkin anda harus beralih minum air putih bermineral dan mengandung ozon. Air putih yang sudah melalui proses berteknologi canggih ini akan membuat sirkulasi darah anda lancar, membantu meningkatkan kesehatan, dan membuat kulit anda bercahaya. Atau anda perlu tambahan minuman berenergi, yang bisa membuat anda segarang singa, penuh vitalitas, bergairah, bahkan ada yang bisa membuat anda tambah konsentrasi dan pintar. Atau anda penyuka teh, ganti segera teh anda dengan teh dengan teh baru yang aromanya akan memanggil seluruh keluarga untuk berkumpul bersama, penuh cinta dan suka cita. Dan jangan lupa, di saat lebaran, pergunakanlah sirup keluaran perusahaan ternama, karena akan membuat suasana hari raya anda lebih bermakna. Oh iya, jangan lupa juga minum obat maag, karena biasanya maag membuat anda sakit. Pilihlah obat maag yang tidak menyebabkan perut kembung, dan telah dipercaya oleh jutaan orang Indonesia sejak jaman dahulu kala.

Makanan yang anda makan mungkin saja merupakan biang kerok anda tidak bahagia. Anda mungkin perlu segera mengganti minyak yang anda pakai sekarang, karena mengandung lemak tak jenuh ganda dan kolesterol jahat. Gantilah dengan minyak baru yang bisa anda minum sebagai pengganti air, tentu saja tidak bikin tenggorokan gatal. Dan jangan lupa untuk tambahkan sedikit bumbu penyedap, karena akan membuat seluruh keluarga anda riang gembira dan anda akan dicintai oleh seluruh keluarga. Pilihlah mie instan yang berkualitas, bila anda tidak sempat memasak. Dengan mie instan yang disukai oleh seluruh keluarga, hari-hari anda akan bertambah ceria.

Bila anda lelah ingin duduk atau berbaring, jangan lupa. Pilihlah furniture anda dengan benar. Karena furniture yang ada sekarang bisa membuat duduk anda sampai lupa berdiri. Kasur anda pun memiliki fungsi memijat dan menopang tulang dengan sempurna, hingga tidur anda lebih nyenyak dan mimpi anda indah.

Sekali-sekali anda perlu berjalan-jalan bersama keluarga. Pergunakanlah mobil yang aman, irit dan berkapasitas besar hingga seluruh keluarga anda bisa ikut. Ibu, Bapak, Om, Tante, Teteh, Kakak dll dll... semakin banyak semakin meriah, dan hidup anda akan berbahagia bersama keluarga. Ahh... anda tidak punya cukup uang? jangan khawatir, segera hubungi saja bank terdekat anda yang menawarkan pinjaman dengan cicilan dan bunga yang bersahabat. Ditambah bonus asuransi selama setahun yang pastinya akan membuat anda merasa lega dan tidak khawatir lagi.

Apakah anda masih merasa depresi? takut akan masa depan anda?

jangan takut, kirim segera sms: nama (koma) jenis kelamin (koma) usia ke 1122. Jawaban yang anda terima langsung dari yang bersangkutan. Jangan takut, semua data dan rahasia anda terjamin.

Percayalah, apapun permasalahan hidup anda, kekhawatiran anda, keresahan, kegelisahan, kegemukan, kekurusan, kehitaman, keputihan, ketinggian, kependekan, pokoknya semuanya ada obatnya. Semuanya bisa disembuhkan, karena sesungguhnya tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, kecuali kemalasan. Oleh karena itu, makanya, anda jangan bermalas-malasan. Segera tinggalkan pekerjaan anda, dan segeralah raih remote control televisi anda. Saksikanlah commercial breaks disana, pastinya ada solusi untuk permasalahan anda.

Dan untuk menambah kebahagiaan anda hari ini, semuanya bisa anda tonton GRATIS.....


Salam,
Pakar Dunia Periklanan dan Pemerhati Pertelevisian (self appointed)
Bangkok, 16 May 2010

Bangkok Dangerous (Asli)

Situasinya genting sekarang. Kelompok Kaos Merah menolak untuk membubarkan diri dari daerah Ratchaprasong yang mereka duduki sejak 3 April 2010 lalu. Ractcharasong adalah distrik bisnis kota Bangkok. Mall-mall terbesar seperti CentralWorld, Gaysorn, Siam Paragon, Siam Discovery, Siam Centre, Siam Square, Pratunam, Fashion Mall, Panthip Plaza, Big C, Amarin dan Erawan berderet di kawasan ini. Di daerah ini juga terdapat sederet hotel berbintang, Grand Hyatt, Four Seasons, Intercontinental, Amari Watergate, Grand Centara, etc. Aksi pendudukan oleh protester Kaos Merah memaksa mall-mall dan hotel-hotel di kawasan ini tutup. Juga terdapat kedutaan besar Amerika Serikat dan Inggris.

Jumat sore (14/5), militer telah menutup daerah Ratchaprasong ini. Tensi politik meningkat drastis dan bentrokan tak terhindarkan setelah May Jen Khattiya Sawasdipol, salah satu komandan lapangan yang memimpin pasukan keamanan Kaos Merah, ditembak oleh snipper saat sedang melakukan wawancara dengan seorang wartawan. Korban mulai berjatuhan. Pihak militer diijinkan untuk menembakkan peluru tajam di area Ratchaprasong, yang dideklarasikan sebagai zona perang. Pemerintah mengumumkan rules of engagement, yakni memperbolehkan pasukan di lapangan untuk membalas serangan dari pihak protester yang mengancam keselamatan jiwa aparat militer. Pemerintah tampaknya tidak mau mengulang kesalahan mereka pada aksi pembubaran demonstran Kaos Merah di sekitar Democracy Monument sebelumnya (10/4), yang berakhir dengan jatuhnya beberapa korban di pihak aparat keamanan setelah diserang oleh granat dan peluru tajam. Pemerintah yakin bahwasanya terdapat sekelompok pasukan khusus yang bersenjata tajam dan dilengkapi dengan peluncur granat di antara para demonstran.

Sepanjang Jumat-Sabtu, korban terus berjatuhan, dilaporkan sudah lebih dari 24 orang tewas dan masih akan terus bertambah karena bentrokan masih terus berlangsung. Aparat keamanan berupaya untuk mengisolasi daerah Ratchaprasong, tetapi para demonstran terus-menerus berupaya meluaskan konflik. Ada upaya mobilisasi pendudung Kaos Merah dari luar wilayah yang diisolasi sehingga menggencet kedudukan aparat keamanan di beberapa lokasi.

Tadi malam, aksi penjarahan mulai terjadi di dalam area isolasi pada sebuah gerai 7Eleven. Aksi ini sangat berpotensi untuk meluas di dalam area isolasi, karena para demonstran mulai mengalami kekurangan pasokan logistik dan makanan.


Pagi ini Bangkok mendung. Awan menggantung tak hendak beranjak, dan suara guntur sayu-sayu terdengar. Pihak demonstran Kaos Merah berupaya untuk meluaskan gerakan mereka ke seluruh Thailand, dan pihak pemerintah berupaya untuk mencegahnya. Zona berbahaya terus meluas meliputi Ratchaprarop (dan daerah depan Kedutaan RI), Bon Kai, daerah Sala Daeng (Silom), Sathorn, Rama4, Phetburi Road, Victory Monument dan Din Daeng.

Sampai dengan minggu lalu, saya masih percaya bahwa konflik di Bangkok ini tidak akan sampai memuncak sampai dengan kerusuhan dalam skala kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Tapi kini saya mulai ragu...

Bangkok, 16 Mei 2010



some photo links:
Tourists in Bangkok Dangerous
Ratchaprarop Area
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8684319.stm
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8684288.stm?ls
one of many journalist who got shot
photos from nyt



Tentang Pembangunan 1

Para pakar sejarah, antropologi dan arkeologi memberikan kita tinjauan ke masa lampau. Tanpa mereka, kita hanya akan tahu bahwa piramid-piramid itu ada di Mesir, atau Petra di Jordan, atau Colloseum di Yunani, atau Tembok Besar merentang sepanjang pegunungan di China, atau Angkor Wat di Kamboja, atau Borobudur di Jawa. Tapi kita tak akan pernah tahu "cerita" dibalik peninggalan-peninggalan tersebut, siapa yang membangunnya, bagaimana suatu bangsa mengorganisasi pembangunannya, bagaimana membiayai pembangunannya, dan detail-detail lainnya.

Dari hasil dedikasi intelektual para ahli tersebut dalam merekonstruksi cerita masa lampau terungkap bahwa bangsa-bangsa datang silih berganti. Penguasa bangkit dan memimpin rakyatnya menaklukan daerah-daerah sekitarnya, mengkonsolidasikan kekuasaannya, memulai pembangunan-pembangunan dalam skala ego-maniak untuk menunjukkan kekuasaannya dan meninggalkan catatan untuk kita kenang sekarang. Peninggalan-peninggalan bersejarah yang sampai kini membuat kita ternganga karena skala pembangunannya tidak terbayangkan oleh kita saat ini. Bagaimana sebuah bangsa lebih dari 2 ribu tahun lalu membangun piramid, bagaimana mereka memotong, mengangkut dan menyusun bongkahan batu-batu yang beratnya masing-masing mencapai 2 ton tanpa peralatan yang kini kita miliki. Bagaimana raja-raja di Jawa mengorganisir pembuatan Prambanan atau Borobudur, atau kaisar-kaisar China membangun tembok besar untuk menahan serbuan musuh-musuh mereka dari Utara.

Kesimpulan yang bisa kita tarik adalah siapapun yang memerintahkan pembangunan dalam skala ego-maniak tersebut memiliki sumber daya, baik manusia maupun kekayaan, yang diperlukan. Waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan tersebut bisa merentang masa lebih dari 2 atau 3 generasi. Dengan kata lain, kita bisa menyimpulkan bahwa keadaan masyarakatnya stabil, dengan kecukupan sandang pangan. Bagaimana seorang penguasa di masa lampau menjamin ketersediaan sumber daya yang kecukupan bagi bangsanya, sehingga memungkinkan mereka membangun peninggalan-peninggalan tersebut?

Kerajaan-kerajaan di masa lampau selalu dibangun oleh kekuatan senjata. Seorang yang sangat bertalenta mengorganisir pasukan untuk merebut kekuasaan dari raja yang sedang berkuasa saat itu, atau untuk menyatukan suku-suku yang tersebar. Ada adagium yang mengatakan bahwa raja yang pertama pastilah seorang jenderal perang. Kekuatan senjata merupakan faktor yang sangat menentukan, untuk tidak mengatakan sebagai satu-satunya faktor penentu, dalam menegakkan kekuasaan. Dengan kekuasaan yang diperolehnya dari kekuatan senjata, seorang penguasa kemudian mencari legitimasi bagi dirinya untuk melanggengkan kekuasaannya. Biasanya para raja yang berkuasa mendapatkan legitimasinya dengan mengklaim dirinya sebagai bagian kekuatan supranatural atau mendapat mandat untuk berkuasa dari dewa-dewa. Raja-raja China mendapat mandat Langit untuk berkuasa, begitu pula Kaisar Jepang adalah keturunan dari Amaretasu Omikami, Dewi Matahari, begitu pula para Fira'un, begitu pula raja-raja India dan Jawa.

Kita pernah mendengar kisah Ken Arok, yang berkat kesaktiannya berhasil membunuh Tunggul Ametung, Bupati Tumapel dan kemudian meluaskan kekuasaannya ke daerah sekitarnya dengan menaklukan penguasa-penguasa lokal dan kemudian menobatkan dirinya menjadi Raja Singosari. Atau seorang Chin Shih Huang-Ti, yang memimpin pasukannya menaklukan seluruh wilayah China pertama kali. Atau Napoleon Bonaparte, jenderal perang Perancis yang menaklukan Eropa dan kemudian menobatkan dirinya sebagai Kaisar Perancis. Atau Adolf Hitler yang membangun angkatan perang Jerman, menginvasi Eropa dan menobatkan dirinya sebagai kaisar dari The Third Reich. Catatan demi catatan sejarah menunjukkan bahwasanya kekuatan senjata menjadi faktor utama bagi seorang penguasa untuk merebut kekuasaan.

Kekuasaan yang diperoleh dengan kekuatan senjata, dilestarikan pula dengan kekuatan senjata. Setelah seorang penguasa berhasil merebut kekuasaan, setelah perang berhasil dimenangkan, maka dimulailah periode membangun kestabilan. Periode ini diperlukan selain untuk menyembuhkan luka-luka perang, memulihkan kekuatan angkatan perang atau bahkan membangun angkatan perang yang lebih besar. Penguasa akan berupaya menciptakan kestabilan dalam pemerintahan untuk memberikan waktu bagi tumbuhnya perekonomian. Dalam kestabilan pemerintahan, para petani memiliki waktu untuk bercocok tanam, nelayan dengan tenang pergi melaut, dan para pedagang berdatangan dari negeri yang jauh. Dari perekonomian yang berkembang tersebut, penguasa akan memetik hasilnya melalui pengenaan berbagai pajak. Negara yang kacau terus menerus tidak memungkinkan untuk akumulasi kekuatan dan pada akhirnya akan ditaklukan oleh penguasa lainnya yang lebih kuat.

Dalam masa damai pula, sebagian orang menghabiskan waktunya untuk mempelajari hal-hal baru, ilmu dan pengetahuan berkembang, peralatan-peralatan baru tercipta, termasuk peralatan perang. Para raja yang berkuasa akan berupaya untuk memastikan kekuatan angkatan perangnya di masa damai. Angkatan perang yang tangguh memastikan kelangsungan kekuasaan dengan meniadakan ancaman baik domestik maupun ancaman dari luar wilayah yang berpotensi menciptakan ketidakstabilan bahkan menumbangkan kekuasaannya.

Perkembangan teknologi di belahan bumi Eropa pada abad 16-an bertanggung jawab atas timbulnya kolonialisme dan imperialisme Eropa. Dengan kapal-kapal laut yang mampu mengarungi lautan luas dan dilengkapi dengan persenjataan yang modern saat itu, para pelaut Eropa memulai eksplorasi ke dunia belahan timur (Asia) dan Afrika untuk mencari rempah-rempah yang tinggi nilainya di pasar Eropa saat itu. Eksplorasi para petualang ini awalnya bermotif dagang, sesuai dengan semangat merkantilisme yang berkembang di Eropa saat itu. Setelah menemukan sumber rempah-rempah tersebut, dan dengan didorong oleh ketamakan untuk melakukan monopoli, dimulailah periode kolonialisasi. Para pedagang Eropa berkolaborasi dengan penguasanya memaksakan klaim mereka terhadap kerajaan-kerajaan di timur. Satu persatu kerajaan-kerajaan ini tumbang ke tangan para kolonialis Eropa.

Pada awalnya para kolonialis Eropa ini saling bersaing dan berebut klaim atas kerajaan-kerajaan di timur, tetapi pada akhirnya mereka menyadari bahwa peperangan di antara mereka untuk memperebutkan daerah jajahan adalah tidak berguna dan hanya membuat kerugian. Maka disusunlah kesepakatan di antara mereka, dengan membagi masing-masing wilayah kolonial. Di Asia, Kerajaan Inggris sebagai kerajaan terkuat di Eropa saat itu menguasai India, Burma (Myanmar), Ceylon (Sri Lanka), wilayah yang kini bernama Malaysia dan sebagian China. Perancis menguasai Indo-China, Spanyol menguasai kepulauan yang kini merupakan wilayah Philipina, Belanda menguasai nusantara yang kini merupakan wilayah Republik Indonesia, dan Portugis menguasai Timor dan Macau. Hal yang serupa juga terjadi di belahan bumi Afrika, dimana para kolonialis ini membagi-bagi wilayah kekuasaan dengan tujuan memaksimalkan keuntungan yang bisa mereka keruk.

Klaim paksa para kolonialis ini bukan tanpa perlawanan dari para penguasa lokal, tapi dengan keunggulan angkatan perangnya, para penguasa lokal ini tidak berdaya. Periode penjajahan para kolonialis Eropa ini merupakan periode yang sangat jelas menggambarkan bahwasanya kemakmuran suatu bangsa dapat dicapai dengan kekuatan senjata.

Sepertinya dunia memang tak pernah mau berhenti bercerita. Pada akhirnya episode para kolonialis dan imperialis Eropa ini berakhir. Sebab-sebab berakhirnya kejayaan para imperialis dan kolonialis ini diawali dengan revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke-18. Revolusi ini berawal dari ditemukannya mesin uap yang pengaplikasiannya mengubah wajah perekonomian dan struktur sosial dengan munculnya kelas baru yang berpengaruh, yakni para kapitalis dan kaum buruh. Dua kekuatan baru ini mengguncang legitimasi kekuasaan para raja. Setelah berbagai pergolakan, kekuasaan mutlak para raja-raja Eropa akhirnya berakhir setelah Perang Dunia Pertama berakhir pada awal abad ke-20. Walaupun demikian, sistem kolonialisme terhadap negara-negara di Asia dan Afrika terus berjalan. Kolonialisme ini baru berakhir setelah akhir Perang Dunia Kedua berakhir.

Perang Dunia Kedua (PD 2), diawali dengan kemenangan Partai Nazi di Jerman dibawah pimpinan Adolf Hitler. Dengan mengobarkan semangat ultra-nasionalis, Hitler membangun angkatan perangnya. Hitler sangat yakin dengan keunggulan teknologi angkatan perangnya dan memulai invasinya terhadap hampir seluruh Eropa pada 1 September 1939 dengan menyerang Polandia. Setelah itu, laju tentara Nazi seperti tak terbendung, satu persatu wilayah Eropa dikuasai, Perancis, Italia, Belanda, Spanyol. Hanya Inggris dan Rusia yang bertahan dari gempuran Hitler, walaupun tampaknya tak akan bertahan lama.

Di belahan dunia lainnya, pada saat yang hampir bersamaan, Jepang mulai menyerang Rusia (1938), menginvasi China (1939), dan memulai invasinya keseluruh wilayah Indo-China, Thailand, Malaysia, Burma, Singapore, Philipina, dan Indonesia. Untuk menetralisasi ancaman terhadap keberhasilan invasi ini, Jepang perlu untuk memusnahkan kekuatan Amerika Serikat di wilayah Asia yang berpangkalan di Pearl Harbour (Hawaii), yang mampu menyerang kepulauan Jepang. Serangan balatentara Jepang,  yang dengan keunggulan persenjataannya tidak dapat ditahan oleh pasukan para kolonialis, mengakhiri periode kekuasaan kerajaan-kerajaan Eropa di wilayah Asia.

PD2 ini tidak berlangsung lama, setelah serangan Jepang terhadap angkatan perangnya, Amerika terseret ke dalam peperangan. Di Eropa, pasukan Amerika bersekutu dengan pasukan Inggris dan mulai menyerang Eropa melalui pendaratan di Normandia. Pada saat yang sama, pasukan Rusia memukul balik serangan Hitler ke Rusia. Pada akhirnya, Hitler kehabisan sumber daya untuk memenangkan perang di dua front sekaligus dan memilih menembak kepalanya sendiri ketika pasukan sekutu dan pasukan Rusia berhasil menguasai Berlin. Amerika dan Rusia yang berhadap-hadapan di Berlin memilih untuk menghentikan peperangan dan membangun tembok yang membelah kota Berlin untuk mencegah kedua pasukan terlibat peperangan. Kesepakatan untuk berdamai ini menandai dimulainya Perang Dingin di antara keduanya.

PD2 baru benar-benar berakhir setalah Amerika mengebom Hiroshima dan Nagasaki dengan nuklir. Sebuah keunggulan teknologi tempur Amerika atas Jepang, yang diciptakan karena ketakutan pihak sekutu akan kemungkinan berhasilnya Hitler membuat bom nuklir. PD2 menunjukkan bahwasanya penguasaan teknologi adalah vital untuk membangun kekuatan sebuah negara.


Sebagai pihak pemenang perang, Amerika dan Rusia, mendominasi dunia. Keduanya terlibat dalam perlombaan persenjataan, karena keyakinan bahwa pada akhirnya dua superpower ini akan berperang. Suatu kenyataan yang absurb karena dengan kekuatan nuklir yang dimiliki keduanya, dunia tak akan bisa ditempati makhluk hidup apapun bila perang nuklir benar-benar terjadi. Periode perang dingin juga menandai akumulasi modal di negara-negara pemenang perang dan sekutunya.

Dunia kembali sibuk menjalin kisah yang berisi dengan berbagai peristiwa di seputar persaingan antara 2 super-power ini. Dengan kestabilan dalam masa Perang Dingin, kemajuan ilmu dan teknologi tak terbendung. Rusia mengirimkan misi ke luar angkasa, yang kemudian segera dijawab tuntas oleh Amerika yang berhasil mendaratkan manusia di bulan.

Persaingan ideologi dan perluasan pengaruh di antara keduanya pun sengit terjadi. Kedua super-power ini mewakili ideologi besar yang saling bertolak belakang. Amerika percaya pada dalil Adam Smith, bahwasanya kesejahteraan suatu bangsa terakumulasi karena masing-masing individu yang hidup di dalamnya memiliki kebebasan untuk mengejar kepentingan pribadinya. Sedangkan Rusia meyakini bahwasanya kemakmuran suatu bangsa ditentukan oleh daya yang dihasilkan oleh perjuangan kaum proletar (kaum yang hanya bermodal dengkul, tanpa modal kapital atau sumber daya alam) dalam memperbaiki nasibnya.

Amerika meyakini bahwa individu-individu harus dilindungi kepentingannya, properti dan kapital miliknya, dan diberikan kebebasan untuk berusaha sebesar mungkin untuk mengakumulasi kapital miliknya. Demokrasi sebagai bangun politiknya mengakomodasi kepentingan ini. Pemerintah kemudian akan memungut pajak dari individu-individu ini untuk menyelenggarakan pemerintahan, termasuk memastikan keunggulan angkatan perangnya. Sedangkan, Uni Soviet berupaya mengendalikan dan mengarahkan daya yang dihasilkan oleh perjuangan kelas ke arah kemakmuran. Negara menjadi sangat dominan karena menentukan segala tindakah individu-individu yang menjadi warganya. Alokasi sumber daya, termasuk untuk angkatan perang ditentukan oleh negara.

Kedua super-power ini berlomba-lomba menancapkan pengaruhnya ke negara-negara lain. Riak-riak sejarah dari persaingan ini meliputi tragedi Perang Vietnam, dimana Amerika mati-matian mempertahankan Vietnam Selatan (yang masih dikuasai oleh Perancis) serbuan pasukan Vietnam Utara yang didukung oleh komunis Rusia. Atau Perang Korea yang sampai kini tak kunjung selesai, konflik Amerika dengan Kuba, bahkan sampai pada upaya-upaya penggulingan penguasa-penguasa yang memihak salah satu kubu. Konon, kejatuhan Bung Karno dari tampuk kekuasaannya juga berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Uni Soviet.


Perang Dingin, walaupun tanpa perang frontal, adalah perang yang sangat menguras sumber daya kedua Super-power. Walaupun pada akhirnya sejarah mencatat Rusia mengalami kebangkrutan terlebih dahulu. Pada tahun 1991, Uni Soviet bubar. Negara-negara yang tergabung dalam Uni Soviet terpecah-pecah dan bahkan terlibat dalam konflik bersenjata yang menelan jutaan korban jiwa. Hingga saat ini, tidak ada satupun negara bekas pecahan Uni Soviet, termasuk Rusia sebagai negara yang terbesar, mampu untuk menstabilkan sistem pemerintahannya. Perekonomian ambruk, pengangguran merajalela, dan kekacauan hukum melanda. Pecahnya Uni Soviet merupakan permasalahan global yang luar biasa besar, mengingat negara-negara pecahan Uni Soviet tersebut memegang persenjataan nuklir yang dikhawatirkan akan jatuh ke tangan kelompok-kelompok garis keras yang saat ini semakin menunjukkan aktivitasnya. Kekacauan hukum, politik dan kemiskinan merupakan ramuan yang sangat manjur untuk mendorong terjadinya korupsi dan pembobolan aset negara.

Pengalaman hancurnya Uni Soviet, merupakan pelajaran berharga bagi China. Para pemimpin China menyadari bahwa sistem ekonomi dan politik yang berdasarkan pada komunisme dan kontrol negara tidak akan bertahan. Pemerintah China mencoba mencari jalan lain untuk memastikan bahwa negaranya tidak mengalami nasib yang sama dengan Uni Soviet, sekaligus mencari jalan menuju kemakmuran. Saat ini dunia memandang China dengan perasaan yang sama ketika pada tahun 1980-an, Jepang berhasil menantang dominasi Amerika dalam perekonomian dan perkembangan teknologi.

China secara signifikan mampu membangun kekuatan militer, perekonomian dan kemampuannya dalam kancah ilmu pengetahuan. Seperti juga Jepang yang mampu membangun kembali negaranya yang hancur karena PD2. Akan tetapi jalur menuju kemakmuran yang coba diterapkan oleh China secara struktural berbeda dari Jepang. Kita akan kembali pada topik ini pada kesempatan lain.

Setelah bangkrutnya Uni Soviet sebagai sebuah super-power, Amerika melenggang sendirian mendominasi dunia. Tak ada angkatan perang negara manapun di dunia ini yang mampu menandingi kemampuan tempur angkatan perang Amerika secara frontal. Hanya Amerika pulalah yang mampu memobilisasi angkatan perangnya ke seluruh pelosok dunia. Tak ada tempat sejengkal pun di dunia ini yang tak bisa dijangkau oleh pasukan tempur dan peluru kendali milik Amerika Serikat.

Selama periode 1990 (bangkrutnya Uni Soviet)  sampai dengan serangan Al Qaeda ke gedung WTC di New York pada 11 September 2001, Amerika mendominasi dunia. Segala urusan global memerlukan "persetujuan" Washington. Amerika adalah suara yang tak bisa diabaikan dalam seluruh organisasi global, mulai dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, IMF, Bank Dunia, WTO, NATO, bahkan APEC (dimana Indonesia merupakan salah satu anggota). Pada saat krisis keuangan melanda negara-negara Amerika Latin dan Asia, Amerika memegang peran penting dalam berbagai tindakan yang diambil oleh IMF dan Bank dunia dalam menangani krisis tersebut. Amerika juga berhasil mengorganisir dunia untuk melawan invasi Irak atas Kuwait dalam Perang Teluk 1 (dengan persetujuan PBB), bahkan tanpa persetujuan PBB pun Amerika mampu menginvasi Irak (kembali) pada Perang Teluk 2, serangan yang ditengarai bermotivasi untuk menjamin pasokan minyak bagi Amerika.

Perekonomian Amerika tumbuh pesat dan tampaknya akan terus berkembang. Perusahaan-perusahaan Amerika tampaknya berhasil merebut kembali peran mereka sebagai perusahaan global setelah sempat tertinggal dari Jepang dan Jerman. Revolusi teknologi informasi dan komunikasi melahirkan perusahaan-perusahaan raksasa seperti Microsoft, IBM, Yahoo!, Google, Intel, Dell, Sun Microsystem, dan lain-lain. Silicon Valley di selatan San Francisco berkembang menjadi pusat perusahaan-perusahaan click and mortar tersebut.

Amerika juga menjadi pusat keuangan dunia, dengan bursa finansial yang tumbuh pesat, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam bisnis finansial juga menikmati pertumbuhan luar biasa pesat. Perusahaan-perusahaan corporate banking Amerika seperti Goldman Sach, Morgan Stanley, Lehman Brothers, etc dan commercial banking seperti Citibank, BoA, etc merupakan market maker dan pengelola dana-dana kapitalis global. AIG tumbuh menjadi perusahaan asuransi terbesar di dunia.

Dominasi Amerika dan kestabilan sistem pemerintahannya yang mampu menjamin perkembangan perekonomian terguncang setelah serangan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden ke jantung kapitalis Amerika pada tanggal 11 September 2001 (Serangan 11/9). Serangan ini mengungkap kelemahan mendasar dari kekuatan super power Amerika yang dengan keunggulan angkatan perangnya, termasuk jaringan intelejennya, ternyata tidak mampu melindungi dirinya dari serangan sekelompok orang yang tidak memiliki definisi teritorial yang jelas, dan tidak menguasai angkatan perang secara signifikan.

Kelemahan pada dominasi Amerika kembali terungkap pada tahun 2008, setelah mengalami beberapa kali periode boom-bust, perekonomian Amerika akhirnya hancur berantakan, kredit yang disalurkan oleh berbagai institusi keuangan ternyata merupakan gelembung ekonomi yang luar biasa besar karena ekspansi kredit tersebut didasari pada asumsi nilai properti yang terus-menerus naik. Pada saat gelembung ekonomi tersebut meletus, pasar dilanda kepanikan dan sistem finansial Amerika (dan dunia) berada diambang kebangkrutan. Hal ini memaksa pemerintah Amerika turun tangan untuk menyelematkan sistem kapitalismenya. Bail out besar-besar diberikan kepada raksasa-raksasa finansial untuk mencegah hancurnya sistem kapitalis. Sebuah ironi karena kapitalisme meminggirkan peran pemerintah dalam perekonomian, dan pada untuk mencegah kapitalisme hancur, pemerintah harus turun tangan untuk menyelamatkannya.

Apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada Amerika? satu-satunya negara super-power yang tersisa, yang dengan dominasi militernya kita mengharapkan kestabilan dunia dapat tercipta. Amerika terlilit hutang yang luar biasa besar, pihak swastanya berhutang, rakyatnya berhutang, pemerintahnya berhutang dalam skala yang sangat besar. Para ahli ekonomi telah memperingatkan bahwa skala hutang Amerika saat ini tidak sustainable, dalam arti berbahaya bagi kelangsungan perekonomian Amerika. Pendapatan pemerintah dari pajak tak lagi mencukupi anggaran belanja negara, hal yang menyebabkan pemerintah Amerika perlu terus berhutang untuk menutupi kekurangannya. Ditambah lagi dengan permasalahan pada sistem jaminan sosialnya yang kini dalam keadaan kritis karena dana yang tersedia tidak cukup untuk generasi "baby boomers" yang akan mulai memasuki masa pensiun.

Sampai dengan terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden di tahun 2009, Amerika terlibat perang di Irak (Perang Teluk 2), perang di Pakistan/Afganistan dan War on Terror terhadap jaringan Al Qaeda. Perang di Irak hanya sukses dalam menggulingkan Saddam Hussein. Apa yang terjadi setelah itu berjalan tidak seperti yang direncanakan. Kekacauan demi kekacauan terus terjadi dan Amerika tidak berhasil menciptakan keuntungan ekonomi dari perang tersebut. Perang di Afganistan dan War on Terror pun mengalami nasib yang sama, berkepanjangan tanpa hasil yang jelas.Obama berketetapan hati untuk menghentikan perang di Irak, yang menurut perhitungan para ekonom merupakan proyek besar pasak daripada tiang bagi perekonomian Amerika. Obama juga terus mengupayakan strategi untuk keluar dari Pakistan. Hanya perang terhadap teror yang terus dilanjutkan, yang hasilnya masih harus kita tunggu.

Akankah kita punya kesempatan untuk memahami apa yang sedang terjadi saat ini terhadap Amerika? Mengapa sebagai satu-satunya superpower yang tersisa, Amerika nampaknya tidak mampu menjamin kestabilan yang diperlukan untuk membangun ekonomi dan mempertahankan dominasinya, bahkan Amrika tampaknya tidak mampu untuk melindungi dirinya dari serangan sebuah kelompok yang tidak menguasai kekuatan perang? Ataukah dunia mengalami perubahan yang sangat signifikan yang terlewat untuk kita cermati?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat menarik untuk kita eksplorasi lebih jauh karena mungkin akan menyediakan jawaban bagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara dan bangsa-bangsa yang tidak memiliki keunggulan angkatan perang, seperti Indonesia, untuk mengupayakan kestabilan bagi pembangunan perekonomian yang memakmurkan rakyatnya.

A walk to remember



A man ain't gonna live forever
he'll surely die someday, somewhere

Many has been through the journey,
they keep the faith until the end

But only a few be so lucky
to love, and be loved in return 




Bangkok, 09 Feb 2010

On Randomness

Life maybe simply a series of randomness, I was told before. From the beginning of our existence in this world, we can not find a single certainty in our life until the time for our existence is running out and we meet our imminent death. I remember a friend of mine said that life is uncertain, only death is certain.

In spite of it certainty, death also offers a lot of mystery for us to ponder. Many brightest scholars of our time dedicate their energy to explore and speculate, which for us mere laymen, their thoughts are so amusing, or confusing for more precise. For me, there was time when I was curious enough to speculate when would be my turn. My friends asked me why I am toying with the idea of my own death. Death is always inappropriate issue to discuss at our dinner table. I can appreciate their uneasiness and their concern about the health of my consciousness. But they are wrong. I never play with the idea of death nor death itself, my own nor somebody else’s. I was just toying with my own curiosity.

There are many people who said that death is by no mean an ending. Death is just another phase of our journey to other realm. I try to reduce my own anxieties caused by my imminent death and by my awareness that both of it occurrence and what will happen afterward simply beyond my understanding, beyond any mean of verifications. Consequently, hearing that death is just a continuation of life was, somehow, comforting.

As my friend said, Death is certain, period. But I still wonder why something so certain brings us a lot of mystery, exposes us to tears and useless consolations. If something so certain, like our own death, leads us to numerous speculations, which occurrences fall totally to randomness, then is it possible that something uncertain will console us better?

Let us bring our discussion away from death to something more cheerful in our life, birth. I believe that birth almost always bring joys. I can imagine delightful face of a Mom when she touches her baby for the first time, and a happy father telling of his friends about the new born. I also notice my own feeling whenever I saw a baby. They never failed to make me smile and performed silly acts just to attract their attention.

I have spent more than three decades of my time on earth, experienced many joys, happiness, sorrows, miseries and most of other feelings possibly occurred to common person. Sometime I was filled with contentment from my amazing achievements in life, proud of it and tried to find out why I performed so well in life. I attributed my achievements to my perseverance, my mental attitude to defer current satisfaction for future success, my good educations, my ability to work smarter and harder than any of my colleagues. Now, you maybe feel that I was telling you a joke. I must admit that my achievements are exaggerated and I can not claim that my life so successful. But what can I do, I am merely human.

Somehow, no matter how small my successes mean to you, I keep wondering if any of my previous professional actions responsible to landed me here in my current job, in my office at one of luxurious mall in the city of angels, Bangkok. I am also not able to ease my curiosity whether any of my previous and current actions will responsible to destine me for my next job higher in the corporate ladder, or maybe somewhere else with things totally different with my expectations.

Do we really succumb to random cause and random result? Maybe. But it is also possible that we perceived randomness to rule due to our inability to pinpoint any causal relationship between two events or our inherent defects to understand phenomena. I still do not want to eliminate the possibility that total randomness is not exist.

I just finished reading Fooled By Randomness, a book by a writer whose name is not too easy for me to remember, Nassim Nicholas Taleb. I know the book did not make me cry, it is not that kind of book. But it moved me to address the possibility that our destiny is lurking in randomness of events. He pointed that if you hope to win lotto, you need to buy the ticket. But if you really win the bet, you can not attribute the cause of your winning to the action of buying the bet. Why? Because, so many people out there bought the ticket also and hope as much as you to God to win but they failed.

It is hard to accept that the progress we achieved in our life and the full potential of our future totally caused by unverifiable actions which occurrence depend to randomness. History is full of our ancestor efforts to defy randomness, to make pact with gods, to increase our chance that events unfold in our favors. It is humankind who sing and dance to ask rain to fall on their land, who create wonderful tombs and delicate system of burial procession to be accepted in the underworld.

Mythology known to mankind around the world also full of story of our efforts to defy randomness, to resist the feeling that we are not in control of events inflicted upon us. Sure that we are not always in control of events, but we accepted that something somehow is in control. Human are capable to accept the idea that gods or God or anything omnipotent and almighty rules over universe. Even a pure anarchist and atheist still need their life in order to be bearable.

In the battle of our conscience against randomness, we made several progresses. Thanks to the cumulative knowledge and the technological achievents of humankind. As per today, we have fully mapped our own genes, the building blocks of our existence which responsible to determine our resemblance as human and our differences with other creatures sharing planet Earth with us.

By mapping our genes, we hope to be able to learn and understand how our genes constructing our existence. The possibility of such understanding excites and scares us to death in the same time. We hope we can find cure for diseases of our time and enhance our capabilities, physically and mentally, by altering some genes responsible for those favorable traits. We can enhance our immune system, our physical fitness, our brain performance to think and to remember. Some of us even imagine that someday we will find genes responsible of our youthfulness and decaying process. Finally, we will have our destiny, at least part of it, in our control.

Further development in genes research reveals that our genes are not wholly responsible for our traits. The chemical components surrounding the genes truly complicate our effort to dechiper our genetic code. We need to postpone our celebration to defy randomness of our genetic formation a bit longer. It is just too complicated for us to know for sure which one which.

Scientists also achieve considerably in the other field of science, exploration of our universe. Just three decades ago, Neil Armstrong walked in the moon’s surface and shared the joy of his small step in the moon with us, proclaimed it as a giant step of humankind. Today, our frontier is no longer the moon. It is beyond our solar system, beyond our Milky Way, we go further to the edge of our universe and to the very beginning of it existence, the Big Bang. The ground zero when time and space begin their separate but inter-mingle journey together through infinity. What is there waiting for us to gain? Is this journey to the edge of universe just to fulfill our curiosity? I don’t mind the scientists toying with the unknown out there, maybe they will meet other creatures sharing this universe with us or find other planet suitable for us to inhabit.

It is a bit peculiar for me to know that to understand things in the very grand scale, as our universe seconds from the Big Bang, we need to understand things in their smallest existence possible, in its atomic scale. Since Democritus said something about the smallest particle of matters he called atom some 24 centuries ago, humankind move forward astonishingly in this field. Now, quantum mechanics contributes to our understanding why pure energy as released in the Big Bang gave birth to matters.

However, our explorations to the very first moment of universe creation bring us more questions than answers. What is before Big Bang? In theory, before Big Bang there is nothing. Time and space as we know do not exist, which without it matters are losing its conditionality to become matters. The most disturbing question maybe why such no time-space condition ceased to exist in the first place, creating a mind-boggling explosion and give birth to time, space, matters and anti-matters? Is it possible that the creation of our universe, the very beginning of our existence, caused by nothing but random events in singularity?

Albert Einstein, a giant of our time, famously rejected the idea that randomness rules by saying that God does not play dice. I can tell you that this is a very brave statement from Mr. Einstein. It is his hesitation to acknowledge that there is possibility of God playing no role at all in the creation of universe and the moments before.

I think I can understand why Mr. Einstein and many of us do not easily accept the idea that our existence merely pure chance arising from random causality. Although we may not have common reason for our defiance. My personal view might not be important for you, but I need to share it anyway. So let me next time share it with you.

Bangkok, 4 February 2010

Doa buat Kawan

Semoga anda selamat sampai tujuan, Semoga anda tahu kemana tujuan anda
.......Amin.........

Siddharta

Siddharta bertanya kepada Channa kusirnya, "Mengapa orang itu terbujur di atas tandu? Mengapa orang-orang berteriak-teriak begitu?" Channa menjawab bahwa orang yang terbujur di tandu itu sudah mati. Badannya terbujur kaku dan akan segera membusuk. Keluarga dan para sahabat mengantarnya ke tempat pembakaran mayat untuk dikremasi. Mereka menangis tersedu-sedu karena merasa sedih, merasa kehilangan. "Channa, apakah aku juga akan seperti dia? apakah istri dan anakku akan mati?". Dengan rasa takut Channa menerangkan bahwa majikannya juga tak terhindar dari kematian, semua yang hidup tak bisa berpaling dari kematian. Bahkan raja agung yang besar kuasanya pun suatu saat nanti akan mengalami kematian.
Siddharta terdiam, perasaannya tak tenang. Hari ini ia telah melihat peristiwa-peristiwa yang tak pernah dilihatnya. Bahwa orang itu menjadi tua, kulitnya keriput, badannya bungkuk dan rambutnya memutih. Bahwa orang itu bisa sakit, sungguh menakutkan bayangan penderita kusta yang baru saja dilihatnya. Kulitnya mengelupas dan berbau busuk. Ia dikerubungi lalat dan ditinggalkan keluarga dan orang-orang yang disayangnya dipinggir jalan. Dan kini ia melihat orang mati.

Tak sanggup rasanya ia membayangkan anak dan istrinya akan tua, sakit dan akhirnya mati. Rasa takut merayap bagai awan gelap menutup sinar mentari, Siddharta gentar akan kematian. Ia tidak mau mati, ia mencintai hidupnya, anak dan istrinya, ayahanda dan ibundanya, dan kerajaan yang akan diwarisinya. Ia menolak percaya bahwa tak ada kemungkinan untuk menghindar dari ini semua. Ia tak percaya omongan kusirnya, bahwa semua yang hidup pada akhirnya mati. Ia bertekad untuk mencari jalan, mencari obat atau apa saja yang dapat menghindarkan diri dan keluarganya dari usia tua, sakit dan kematian.

Channa merasa bersalah telah membawa majikannya keliling kota sehingga majikannya melihat hal-hal buruk dalam hidup ini. Tapi semuanya telah terjadi, tak ada yang dapat dilakukannya kini selain membawa majikannya pulang ke istana. Mungkin para pelawak dan penari istana dapat membuat majikannya kembali tertawa. Channa memacu kudanya.

Dekat gerbang istana, Siddharta melihat seorang pertapa. Ia tak pernah melihat pertapa, ia menyuruh Channa untuk berhenti. Siddharta turun dari keretanya, mendekati pertapa tersebut. Raut wajahnya tenang, tatapan matanya teduh. Siddharta bertanya kepada pertapa tersebut siapa dan apa pekerjaannya. Sang pertapa tersenyum dan berkata, "Saya pencari jalan, Saya melatih badan dan pikiran untuk mencapai kesempurnaan".

Sesampainya di istana, Siddharta menghabiskan waktunya dalam kegelisahan. Pengalaman yang ditemuinya di luar gerbang istana tak dapat ia tepis. Pertapa yang ditemuinya memberi inspirasi bahwasanya ia pun harus mulai melatih dirinya, harus mulai mencari jalan kehidupan, obat untuk mengatasi usia tua, sakit dan kematian. Tekadnya semakin hari semakin membara, sampai suatu malam ia memutuskan untuk pergi meninggalkan istana. Ia memandangi anak dan istrinya yang tertidur, ia bahkan tak berani memberikan ciuman perpisahan karena takut akan membangunkan mereka. Dalam hatinya ia berjanji untuk membawa pulang obat yang akan membebaskan mereka dari tua, sakit dan kematian.

Berselimut gelap malam, Siddharta memacu kudanya ke arah hutan. Ia memulai perjuangan panjangnya mencari jalan kehidupan. Guru-guru terkemuka ia datangi, dengan cepat ia belajar dan menguasai berbagai metode pertapaan. Tapi tak satupun yang mampu memuaskan hatinya, apapun hasil yang dicapainya, tak mampu membebaskan ia dari ketidakkekalan. Siddharta merasa ia harus mencari jalannya sendiri, tak ada guru yang dapat menunjukkan jalan itu padanya.

Bersama dengan lima orang temannya dalam pertapaan, Siddharta mengasingkan diri di hutan Uruvela. Siddharta berkeyakinan bahwa untuk mencapai kesempurnaan, ia harus memusnahkan semua penderitaan. Maka mulailah ia menyiksa diri, ia mengurangi makan dan minumannya hingga sejumput rumput dan setetes embun setiap harinya. Badannya melemah, kulitnya kusam, otot tubuhnya menciut. Ia bahkan dapat menyentuh tulang punggungnya dari perut. Sampai suatu hari, tubuhnya tak sanggup lagi menahan derita. Siddharta kolaps, pingsan dan hampir mati.

Beruntung ia ditemukan oleh seorang penggembala kambing, yang segera memeras susu kambing dan memberi Siddharta minum. Perlahan-lahan ia membuka matanya. Dunia serasa berputar, badannya lemah, pikirannya tak bisa ia konsentrasikan. Siddharta duduk bersandar pada batang pohon, tak tahu apa yang akan dilakukannya. Sampai sore menjelang, serombongan pemusik jalanan berteduh tak jauh dari tempat ia duduk. Para pemusik itu menghabiskan waktunya dengan bermain kecapi, kendang dan seruling. Kemudian mereka bernyanyi "bila senar gitar dipasang terlalu kendur, suaranya tak terdengar. Bila senar gitar dipasang terlalu tegang, senar akan putus dan suara pun hilang. Pasanglah senar gitar dengan tepat, maka ia akan menghasilkan suara yang indah".

Siddharta mendengarkan nyanyian tersebut, syairnya menyadarkan bahwa ia hampir saja memutuskan senar gitarnya dengan bertapa menyiksa diri. Ia berkeyakinan bahwa ia pun harus mencari jalan yang pas, seperti juga senar gitar, untuk mencapai kesempurnaan. Tapi bagaimana?

Siddharta mulai menyeimbangkan makanan dan minumannya, untuk melatih pikiran, badan tak bisa dibiarkan terlalu senang ataupun terlalu sakit. Ia mulai memusatkan kesadarannya pada napasnya. Ia melatih pikirannya pada napasnya sendiri, ia terus melatih kesadarannya pada keluar masuknya napas, ia sadar bila bernapas panjang, atau saat ia bernapas pendek.

Teman-teman pertapaannya melihat perubahan yang terjadi dalam diri Siddharta, mereka kecewa. "Siddharta telah gagal, ia telah menyerah" begitu pikir mereka. Kemudian mereka meninggalkan Siddharta sendiri dalam perjuangannya.

Perlahan Siddharta mampu melatih pikirannya mencapai ketenangan dan kebahagiaan, dari kondisi demikian ia mulai menganalisa pikirannya, kesadarannya, semua fenomena timbul dan tenggelam. Semua yang eksis, bertahan, kemudian lenyap. Semuanya tidak kekal dan ketidakkekalan ini menimbulkan ketidakpuasan, menimbulkan derita. Siddharta menyadari semuanya tanpa inti, tanpa jiwa. Dari kesadaran ini, ia mencapai kesadaran. Ia telah menemukan jalan yang dicarinya, ia telah sampai ke pantai seberang.

"hindari perbuatan buruk, perbanyaklah kebajikan, latih dan sucikan kesadaran, itu ajaran semua buddha"

Bangkok, 20 Januari 2010








Tentang Pembangunan

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, hanya beberapa hari setelah Jepang menyerah kalah kepada sekutu. Pada saat kemerdekaannya, Indonesia punya modal sumber daya alam yang luar biasa besar, minyak, emas, batu bara, hutan tropis, tembaga, mangan, elpiji, dll, dll. Rakyat Indonesia bergelora, semangatnya membuncah, ingin segera mengecap nikmatnya angin kemerdekaan. Para founding fathers Indonesia sudah mencita-citakan suatu bangsa yang adil dan makmur, jasmani maupun rohani.

Pada saat yang sama, perekenomian Jepang porak poranda, 2 kota besarnya dibom nuklir oleh Amerika Serikat, rakyatnya menanggung beban moral sebagai bangsa yang kalah. Jepang berperang karena mereka sadar, negaranya miskin sumber daya alam. Dengan perkembangan perekonomian yang luar biasa sebelum Perang Dunia II, Jepang tidak punya banyak alternatif dan memutuskan untuk merebut wilayah sekitarnya yang kaya akan sumber daya alam untuk menjamin kelangsungan perkembangan negerinya.

Enam puluh tahun setelah kekalahan total dari Sekutu, Jepang bangkit kembali menjadi raksasa ekonomi yang ditakuti, bahkan oleh Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan Jepang merajai dunia. Sony, Toyota, Sega, Honda, Mitsubishi, Matsushita, dll, menjadi momok bagi perusahaan-perusahaan negara-negara barat, eks sekutu. Perekonomian Jepang masih menjadi yang terbesar di Asia, walau coba dikejar oleh Korea Selatan, China dan India.

Hal yang sama terjadi di Jerman. Setelah Hitler dan Nazi membawa Jerman ke jurang kekalahan dan kehancuran. Perekonomian lumpuh, kelaparan merajalela, Berlin hancur dihujani bom tentara sekutu. Enam puluh tahun kemudian, Jerman pun menjelma menjadi salah satu negara industi maju besar di Eropa Barat, mungkin malah yang terbesar dengan mengalahkan Inggris - pihak yang menang perang.

Dimana Indonesia?

Setelah lebih dari 60 tahun merdeka, dengan modal sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang sangat besar (Indonesia sekitar 230 juta jiwa, Jepang sekitar 127 juta jiwa, Jerman sekitar 82 juta jiwa di tahun 2008), pendapatan perkapita rakyat Indonesia masih tergolong sangat rendah (baca: miskin). Bandingkan pendapatan perkapita Indonesia yang sebesar US$ 917/orang, dengan Jepang US$ 34,100/orang, atau Jerman US$ 35,500/orang di tahun 2008. Miris memang.

Lalu dimana letak permasalahannya?

Bukankah sah-sah saja bila bangsa lain lebih maju daripada bangsa Indonesia? toh ukuran kemajuan itu tidak dilihat dari uang semata. Buat apa punya uang bila hidup kita tidak bahagia?

Saya seluruhnya setuju bahwa kebahagiaan suatu bangsa tidak semata-mata bisa diukur dengan uang. Tapi jangan salahkan saya kalau mencurigai bahwa pernyataan tersebut tidak tulus, terdengar seperti denial. Sebangsa kalimat untuk menghibur diri sendiri, tak berguna, malah menambah rasa terhina.

Banyak jawaban lain diberikan, oleh berbagai ahli dalam dan luar negeri. Saya tidak hendak mengulas mereka satu persatu, tapi ada yang saya percaya. Bahwasanya keunggulan sumber daya alam tidak serta merta menjadi faktor penentu kemajuan suatu bangsa, hanya MANUSIA yang bisa memajukan suatu bangsa.

Tapi manusia yang bagaimana? bagaimana menciptakan manusia-manusia demikian? Apakah partai politik, pejabat publik  (presiden dan DPR) yang anda pilih setidaknya mengerti permasalahannya? bila tidak, pemilu selanjutnya JANGAN DIPILIH.



Bangkok, 6 Jan 2010
Memimpikan kesebelasan Indonesia berlaga di Piala Dunia

Tentang Demokrasi

Ini demokrasi, bung boleh bertanya. Bertanya apa saja dan bung berhak menuntut jawaban. Misalnya Tim Pansus DPeR tentang Bank Sentury yang sedang giat-giatnya bertanya kepada pihak-pihak yang dianggap terkait (baca: potensial bersalah atau disalahkan). Dalam demokrasi, sebuah pertanyaan itu sah-sah saja dijawab dengan cara sebagai berikut:

1. Boleh dijawab dengan penjelasan

tanya   : "mengapa anda memutuskan untuk menyelamatkan Bank Sentury?"
jawab  : "karena kondisi perekonomian global dan domestik sedang dalam keadaan krisis, dengan tidak diselamatkannya Bank Sentury, dikhawatirkan akan terjadi ketidakpercayaan terhadap sistem perbankan nasional. Risiko dari ketidakpercayaan ini bisa berupa rush, yaitu penarikan dana besar-besaran oleh para nasabah. Bila sudah terjadi hal yang demikian, dan pertimbangan lain-lain yang susah untuk anda mengerti dan akan perlu penjelasan beberapa jilid buku karena melibatkan berbagai disiplin ilmu, yakni ekonomi, perbankan, moneter, hubungan internasional, sosiologi masyarakat, pemerintahan, dan lain-lain lain lain.......

(anggota Tim Pansus pun menghujani si penjawab dengan interupsi, sebagian lagi sibuk menginterupsi yang sedang interupsi, sebagian lagi pergi ke toilet dan merokok, sebagian lagi mungkin cuma tanda tangan rapat terus pulang)

2. Boleh dijawab singkat saja

tanya   : "mengapa anda memutuskan untuk menyelamatkan Bank Sentury?"
jawab  : "no comment"

(anggota Tim Pansus pun menghujani si penjawab dengan interupsi, sebagian lagi sibuk menginterupsi yang sedang interupsi, sebagian lagi pergi ke toilet dan merokok, sebagian lagi mungkin cuma tanda tangan rapat terus pulang)

3. Boleh dijawab dengan pertanyaan balasan

tanya   : "mengapa anda memutuskan untuk menyelamatkan Bank Sentury?"
jawab  : "anda punya kewenangan menyidik?"

(anggota Tim Pansus pun menghujani si penjawab dengan interupsi, sebagian lagi sibuk menginterupsi yang sedang interupsi, sebagian lagi pergi ke toilet dan merokok, sebagian lagi mungkin cuma tanda tangan rapat terus pulang)

4. Boleh sama sekali tidak dijawab


tanya   : "mengapa anda memutuskan untuk menyelamatkan Bank Sentury?"
jawab  : "..............."

(anggota Tim Pansus pun menghujani si penjawab dengan interupsi, sebagian lagi sibuk menginterupsi yang sedang interupsi, sebagian lagi pergi ke toilet dan merokok, sebagian lagi mungkin cuma tanda tangan rapat terus pulang)


Jadi lain kali bung bertanya kepada saya, saya boleh memilih keempat cara menjawab di atas. Kalau bung tidak setuju, yah itu berarti bung belum berdemokrasi. Jangan salahkan saya kalau nanti bung kecewa dengan jawaban saya, itu resiko demokrasi juga.


Bangkok, 6 Januari 2010
(semuanya hanya fiksi belaka, kalau ada kesamaan nama itu tidak disengaja)

Pada Ragu


Kita lahir
.... (darimana kita datang?)


kemudian mati
... (lalu kemana kita pergi?)


Dalam terang dan gelap kususuri lorong-lorong dan kudengar suara-suara dengan berbagai kemungkinan. Aku tak tahu, aku meragu.


Bangkok, 1 Januari 2010

Akhir 2009, Awal 2010

Ya, inilah saat penghabisan tahun 2009. Sebentar lagi kita tutup buku, menutup sepenggal kisah dari hidup kita. Mungkin banyak kejadian-kejadian selama tahun 2009 yang saat ini, hanya sesaat sebelum pergantian tahun, sudah kita lupa. Tapi memang mungkin sengaja kita lupakan, karena kita tidak hendak membawa-bawa kisah memalukan, kegagalan, duka lara dan sejuta hal-hal remeh-temeh yang terjadi di tahun ini ke tahun 2010 nanti.


Kita hendak memulai tahun depan bagai bayi yang baru lahir, atau paling tidak bagai kertas putih yang belum dituliskan. Banyak di antara kita yang melakukan refleksi dan kontemplasi jauh-jauh hari, mengingat-ingat hal-yang yang jelek dan bertekad untuk mengubahnya di tahun depan. Kita mengucapkan resolusi, semacam janji untuk berubah (ke arah yang lebih baik, setidaknya menurut kita).

Selalu ada kegelisahan di akhir tahun, tapi juga rencana. Di mana kita akan melewati pergantian tahun? pesta atau kumpul bersama keluarga? pergi ke rumah-rumah doa, mengunjungi anak yatim? atau mungkin berdiri berdesakan menyaksikan pesta kembang api? Atau anda mau bermabuk-mabukan sampai pagi?

Kita toh sudah mengucap doa, sudah berjanji akan berusaha. Tak ada salahnya kita melewati malam ini dengan sedikit keriangan hati.

Apalagi semua kartu ucapan Natal dan Tahun Baru sudah dikirimkan sejak pekan lalu. SMS sudah kita kirimkan ke semua nama dalam phonebook, juga contact list blackberry messenger, yahoo messenger, dan tak ketinggalan status facebook kita sudah di-up date dengan ucapan selamat tahun baru warna warni. Kita bahkan sudah mengantisipasi kekusutan jaringan telepon dengan mengirimkan semua SMS sejak awal hari tadi. Bukan bermaksud hendak mendahului, hanya ingin memastikan pesan dan ucapan tahun baru kita sampai ke tujuan.

Tak apalah merayakan tahun baru (masehi), setidaknya kita punya satu hari libur yang "sekuler", yang kini maknanya terlepas dari asosiasi keagamaan, kenegaraan atau asosiasi lain-lain yang biasanya begitu penting hingga ditetapkan sebagai hari libur. Mungkin kita butuh diingatkan bahwa kita mampu dan bisa merayakan kegembiraan bersama, dan berbagi suka cita, harapan, doa bersama, sebagai ras manusia.

Let's celebrate!


Bangkok, 31 Desember 2009









Gus Dur

Selamat jalan Gus. Kata Bung Wimar, anda membuat dia bangga menjadi orang Indonesia. Gus juga membuat saya bangga jadi orang Indonesia!

Jagoanku

Jagoannya berbadan tegap, atletis dan punya sorot mata yang membuat hati para gadis (juga ibu-ibu) meleleh.

Tentu saja ia pembela kaum yang lemah, kaum yang tertindas. Dia bisa hadir dari antah berantah untuk menyelamatkan ibu yang hampir tertabrak kereta api. Atau menyelamatkan kapal terbang yang mengalami kecelakaan, atau menyelamatkan para sandera tidak berdosa dari makhluk-makhluk planet lain.

Para penjahat itu tentu saja harus membuat kita geregetan. Rasanya kita ingin segera membinasakannya, mengalahkannya, tapi kita tak berdaya. Dan para penjahat itu tahu kita tidak berdaya. Mereka menyeringai.

Tapi tak mengapa. Biarkan mereka berbuat ulah, tunggu saja sampai Jagoan kita turun tangan membela keadilan. Dengan kemampuan luar biasanya dia mampu membuat para penjahat itu tunggang langgang.

Tapi para penjahat pantang menyerah, dengan intrik-intrik dan rencana busuk mereka berhasil membuat jagoan kita tak berdaya. Mereka menawan kekasih hati sang jagoan.

Cinta sekarang menjadi dilema, menyelamatkan cintanya atau menyelamatkan dunia dari ancaman para penjahat tengik itu. Ahhh.... kita ingin rasanya membantu, tapi kita tak berdaya.

Jagoan kita memutar otak. Dengan segala kepintarannya, dia berhasil membalikkan keadaan. Para penjahat itu bertekuk lutut dan binasa.

Sang Jagoan mencium bibir kekasih hatinya. Dan kita turut bergembira.


Bangkok, 7 November 2009
Jagoan lokal keok semua?

(Semoga) Bukan Republik Dagelan!!

Babak 1 - Siapa Dalang Pembunuh Nasrudin?

14 Maret 2009:
Telah terjadi penembakan terhadap Nasrudin Zulkarnaen, salah seorang direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Nasrudin dibunuh seusai bermain golf di Kawasan Lapangan Golf Modern. Dia dibunuh saat duduk dikursi kiri belakang mobil BMW abu-abu. Lokasinya di dekat Danau Modernland, Cikokol, Kota Tangerang. Korban ditembak dua kali mengenai jendela mobil lalu mengenai pelipis kiri korban. Nasrudin meninggal keesokan harinya di RSPAD Gatot Soebroto.

30 April 2009: Kapolri mengkonfirmasi penangkapan pelaku penembakan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin. Pelaku yang ditangkap ada sembilan orang, mulai dari eksekutor hingga otaknya. http://www.kompas.com/data/lipsus/antasari/alur.html

Dalam penyidikan polisi, muncullah nama Antasari Azhar, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada saat itu.

1 Mei 2009: Mabes Polri mengeluarkan surat perintah pencekalan kepada Antasari Azhar. Antasari kemudian dinonaktifkan dari jabatannya sebagai ketua KPK.

4 Mei 2009: Setelah memenuhi panggilan Polri sebagai saksi, Antasari resmi ditetapkan sebagai tersangka. Dalam penyidikan, polisi menduga Antasari Ashar adalah "otak" dibalik pembunuhan Nasrudin.

8 Oktober 2009: Sidang kasus Antasari digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Jaksa penuntut umum mendakwa Antasari dengan Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP Jo Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.

Masalahnya yang harus dibuktikan penyidik (dalam hal ini Polri) adalah motif yang melatarbelakangi pembunuhan tersebut. Penyidik kepolisian menyakini motif tersebut adalah hubungan cinta segitiga antara Nasrudin, Antasari Azhar dan seorang wanita bernama Rani Juliani.

Berikut ini adalah cuplikan dari Kompas.com hari Kamis, 8 Oktober 2009 | 14:04 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Adik kandung almarhum Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen, Amirudin Zulkarnaen, menyayangkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) terhadap Antasari Azhar yang dianggapnya lemah.
"Saya hanya tersenyum. Anda lihat sendiri. Yang jelas dakwaan sangat lemah," ucap dia kesal. Ia ikut hadir dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan bersama dua anggota keluarganya lain. Hal itu dikatakan ketika dimintai tanggapan atas dakwaan JPU.
Tanpa berburuk sangka terhadap proses peradilan, mari kita tunggu kelanjutan persidangan kasus Antasari ini. Benarkah Antasari memang "otak" dibalik pembunuhan itu?

Benar atau tidak yang jelas Antasari menyeret beberapa nama dalam penyidikannya di Mabes Polri, diantaranya Chandra M Hamzah dan Bibid Samad Riyanto (keduanya adalah pimpinan KPK).


Babak 2 - Cicak Versus Buaya

Sementara kasus Antasari sedang memasuki tahap persidangan, Polisi menindaklanjuti keterangan yang diberikan oleh Antasari selama dalam penyidikan.

Istilah Cicak lawan Buaya merupakan ungkapan yang dipopulerkan oleh Ka Bareskrim Susno Duadji berkaitan dengan tudingan bahwa teleponnya telah disadap oleh KPK yang tengah menyidik dugaan korupsi pada penyelamatan Bank Century pada bulan Juni 2009. "Ibaratnya disini Buaya, disitu Cicak. Cicak kok melawan Buaya" katanya http://www.tempointeraktif.com/hg/flashgrafis/2009/07/14/grf,20090714-188,id.html

Terdapat nuansa yang berbeda ketika Polisi mulai melakukan penyidikan terhadap KPK. Publik merasakan nuansa "balas dendam" Buaya kepada Cicak dengan melakukan penyidikan balasan.

11 September 2009: Empat Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memenuhi panggilan pihak Polri sebagai saksi dugaan penyalahgunaan wewenang. "Kalau sumbernya dari laporan Pak Antasari," kata Bibit Samad Rianto, Wakil Ketua KPK, dalam keterangan persnya di Gedung KPK.

15 September 2009: Polisi kembali memanggil dua pimpinan KPK, Chandra M Hamzah dan Bibid Samad Riyanto. Pada akhir pemeriksaan, Polisi menetapkan keduanya sebagai tersangka. Polri menjerat keduanya dengan pasal 23 UU No 31 Tahun 1999 tentang penyalahgunaan wewenang dan pasal 12E UU No 31 tahun 1999 tentang pemerasan.

Score sementara: 1:0 buat Buaya

16 September 2009: Berikut adalah kepala berita di www.kompas.com yang berisi mendukung Cicak sehari setelah penetapan tersangka:

17:40 WIB - Puluhan Tokoh Nasional Dukung KPK
16:14 WIB - Masyarakat Anti Korupsi Praperadilankan Polri
15:27 WIB - Bilang Polisi Buaya, Kapolri Didesak Copot Susno
13:53 WIB - Beri Dukungan, BEM Seluruh Indonesia Datangi KPK
13:36 WIB - Dibantah, Sisa Pimpinan KPK Bakal Mundur
13:33 WIB - KPK, Berjuanglah hingga Titik Darah Penghabisan
12:56 WIB - Jika Polisi Tak Bisa Buktikan, Ini Jelas Skenario Koruptor
12:30 WIB - Ada "Skenario" Beri "Pelajaran" untuk KPK
12:19 WIB - Pemberantasan Korupsi Terancam, Indonesia Diadukan ke PBB
11:16 WIB - Apa Urusan Polisi Tangani Penyalahgunaan Wewenang KPK?
10:33 WIB - Polri Diharapkan Bereskan KPK Tanpa Sentimen
10:00 WIB - Dua Pimpinan KPK Harus Jalan Terus!

17 September 2009: Puluhan anggota Malang Corruption Watch (MCW) berdemonstrasi menolak aksi kriminalisasi KPK. Mereka juga menolak penetapan RUU Pengadilan Tipikor versi panitia kerja DPR yang saat ini tengah dibahas.

Dari berbagai reaksi masyarakat, terlihat jelas bahwa ada "ketidakrelaan" si Cicak ditindas Buaya. Dukungan ini mengubah Score sementara: 1:1

22 September 2009: KPK menerima surat Keputusan Presiden No. 74/P/2009 tanggal 21 September 2009 mengenai pemberhentian sementara Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Riyanto sebagai Wakil Ketua KPK.

Score sementara: 2:1 buat Buaya

28 September 2009:
Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah melaporkan Susno ke Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri atas dugaan penyalahgunaan wewenang.

7 Oktober 2009: Hasil pemeriksaan Itwasum Polri diumumkan oleh Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Mabes Polri Komjen Jusuf Manggabarani "Tidak cukup bukti yang menyatakan Komjen Pol Drs Susno Duadji telah melakukan penyalahgunaan wewenang".

Score sementara: 3:1 buat Buaya

14 Oktober 2009: Berkas acara pemeriksaan (BAP) milik Bibit Samad Rianto dinilai belum lengkap oleh pihak Kejaksaan sehingga dikembalikan kepada penyidik (P-19)

19 Oktober 2009: Polisi menyita sejumlah dokumen dari kantor KPK. http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/10/19/17032468/polisi.sita.sejumlah.dokumen.di.kpk

29 Oktober 2009: Dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah, resmi ditahan pihak Polri. Pada saat yang sama beredar rekaman yang isinya "skenario rekayasa" untuk mengkriminalisasi KPK. Sejumlah nama termasuk RI-1 konon disebut-sebut dalam rekaman tersebut.

Score sementara: 4:1 buat Buaya

29 Oktober 2009: Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto dibentuk. Per detik ini 12.19, 5 Nov 09, jumlah anggotanya mencapai 798.102 orang

1 November 2009: PBNU menengarai adanya proses pemandulan terhadap KPK, mulai dari upaya memotong kewenangannya hingga penahanan pejabatnya.

2 November 2009: Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri meminta maaf atas pernyataan Kepala Bareskrim Komjen Susno Duaji soal "cicak dan buaya"."Itu pernyataan oknum, bukan representasi institusi," kata Kapolri.

Score sementara: 4:2 buat Buaya

3 November 2009: Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar sidang uji materi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK di Jakarta. Norma materiil yang diujikan adalah Pasal 32 Ayat (1) huruf c UU 30/2002 yang terkait dengan soal pemberhentian pimpinan KPK. MK berpandangan, ketentuan Pasal 32 Ayat (1) huruf c UU 30/2002 melanggar asas praduga tidak bersalah.

Pada sidang tersebut, yang lebih menyedot perhatian berbagai kalangan adalah pemutaran hasil penyadapan KPK terhadap Anggodo. Berikut adalah link-nya: http://www.youtube.com/user/misbaccom#g/u

Sidang MK menjadi amat penting dalam perkembangan kemelut Cicak dan Buaya, setidaknya dukungan terhadap Cicak menguat. Memang pemutaran hasil penyadapan ini akan membawa hasil konsekuensi yang rumit dari sisi hukum, tapi biarlah itu urusan para penegak hukum (yudikatif), pemerintah (eksekutif), dan DPR (legislatif). Harap anda sekalian kerja yang benar, kami sudah merelakan gaji kami dipotong pajak buat bayar gaji anda.

Score sementara: 4:3 buat Buaya

4 November 2009: Setelah pemutaran hasil penyadapan KPK pada sidang MK, berbagai desakan ditujukan kepada pihak Polri untuk segera membebaskan Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto. Tengah malam akhirnya Polri mengabulkan penangguhan penahanan terhadap keduanya.

Score sementara: 4:4

Kelanjutan dari perseteruan ini memang masih panjang, tapi karena hari sudah pagi. Terpaksa disudahi dulu sampai disini. Salam dan titip kepada seluruh rakyat Indonesia, jangan biarkan negara kita dijarah koruptor.


Bangkok, 5 November 2009