
malam ini bualan menggauli mimpi-mimpi yang busuk sedari dulu.
entah apa yang hendak kujelaskan nanti pada dunia yang terkekeh-kekeh. pipa cangklong yang dihisapnya semakin pekat, semakin tua semakin sulit memahami mimpi-mimpi romantis jaman kini. ataukah jangan-jangan memang kita kelewat naif sampai lupa bahwa berak itu sama perlu dengan bercinta?
malam ini bulan purnama. kesekian kali purnama yang kulewatkan tanpa pernah merasa kehilangan. pernah sesekali kucoba romantis, tapi romantis rupanya tak banyak menyelesaikan persoalan. aku malah minta anggur dituang banyak-banyak, aku mau mabuk anggur di malam yang romantis, tapi tak berguna ini.
kau bagai bicara. engkau masih berani bicara? namamu telah lama tersaput mega, berarak bersorak meninggalkan aku sendiri. aku mencarimu, lama aku mencarimu. ingin kupulangkan bayanganmu yang mengganduliku. lorong-lorong yang kususuri menyisakan apek keringatku, resahku dan pesingku. aku mencarimu: engkau dimana?
pernah kususuri waktu, bersama gerbong-gerbong pengangkut sapi sampai ujung rel stasiun pasar turi. kutanya pada coretan-coretan dinding yang menjawab dengan canda: amir cinta nuki dan berderet-deret tulisan yang kurang kupahami: 43OTsiaptempur!, Letoy was here, bangsat, ngewe, yang kencing anjing, BOEDOET dan lain lain dan lain lain...
kakiku sudah lama tidak percaya pada langkahku. bahkan ingatanku membual akan bayangmu. aku tak percaya bahwa engkau sekarang sudah tua, apalagi sudah menikah. pernah ia mencoba meyakinkanku engkau ada di panti jiwa, menderita gila dan suka bicara sendiri. memang menyebalkan berdebat menyakinkannya, aku sudah lama tak lagi menghiraukan bisikan-bisikannya. ingatan memang selalu punya cara-cara untuk mengecoh perasaan kita. aku merasa aku selalu mencarimu, engkau tahu itu?
mengapa begitu segan kau tinggalkan sedikit jejak. secarik
ini penghujung malam, purnama hampir lewat. sebentar lagi bising berdesakkan pada jalan. aku juga akan terdesak, terpinggirkan. tapi tak mengapa karena aku juga terkadang lelah. minggir sejenak dan merebahkan sedetik dua detik kakiku dan mimpi-mimpi datang menghibur.
sehelai daun jatuh. mengingatkan waktu pada akhirnya akan melapukkan aku, mungkin juga merenggut bayanganmu. maafkan aku. aku mencarimu, sedang engkau berpaling dariku!
Bangkok,
1desember08
No comments:
Post a Comment