Life is a celebration of infinite possibilities!


Petualang


Kapal yang tersandar pada dermaga bergoyang seirama ombak. Tiang-tiang layar menjulang diselimuti temaram senja dan semilir angin laut. Jerit camar dan amis beradu di udara, tak mau mengalah pada gemuruh guntur yang terdengar menjalar dari kejauhan.

Sebentar saja gerimis turun, seolah hendak membasuh petualang yang sejenak rehat dari haru-biru kalbu. Pada bibirnya terselip sebatang rokok. Asap yang mengepul, pekat dengan resah yang terselip di dada. Mungkin saja ia berharap resahnya tersaput hilang dalam kelam malam.

Di sini pelabuhan asing baginya, hiruk-pikuk penumpang yang berhambur dari kapal yang baru merapat sebentar menarik perhatiannya. Bergegas mereka berlalu, bergegas mereka menuju gedung penjemputan dimana sanak-kerabat menyambut dengan pelukan dan kerinduan. Tapi tak seorang pun yang mengharapkannya, di sini dia asing.


Badannya disandarkan pada tiang lampu yang tak sanggup memberi terang pada jalan. Seekor anjing geladak asyik mengais tumpukan sampah tak dihiraukannya. Ia memandangi lautan, ombak yang beriak tak terlihat dengan pasti, hanya deburnya rutin menghantam tepian dermaga terdengar tak asing.

Ingatannya terbawa jauh pada pantai di mana ia ukirkan janji yang kini terasa sukar untuk ditepati. Janji yang hanya mungkin terpenuhi oleh nasib yang berpihak, oleh umur yang tak berpaling terlalu cepat. Tapi bukan penyesalan yang membuatnya berlayar dan terdampar dari satu dermaga asing ke dermaga asing yang lain.


Kabar yang samar-samar terdengar tak hendak dipercayainya, yang ia tahu bidadari lautan membawa kekasihnya ke negeri yang jauh, lebih jauh dari batas cakrawala. Karenanya, Ia mencari. Ia terus mencari. Dari pelabuhan asing ke pelabuhan asing ia akan berlayar, di mana para penjemput menyambut kerinduan hanya untuk orang-orang yang tak dikenalnya.

Untuk yang penghabisan rokoknya dihirup dalam-dalam. Dari suatu pelabuhan asing, ia merindukan kekasih hatinya.


Bangkok, 18 Juni 2009

No comments:

Post a Comment