Life is a celebration of infinite possibilities!


Andri

Andri, anak kelas 4 sebuah sekolah dasar swasta yang cukup bergengsi di Jakarta. Saya kebetulan mengenalnya bertahun-tahun lalu ketika saya masih kuliah. Waktu itu, untuk mencari tambahan biaya kuliah, saya menemaninya belajar tiap hari.

Saya datang ke rumah Andri setiap sore, sekitar jam 6. Saya menghabiskan waktu dengannya sampai dengan jam 10 malam, tapi bila ada ujian esok harinya, saya bisa bersamanya sampai tengah malam. Sejatinya saya hanya menemaninya belajar. Apa itu belajar? biasanya waktu belajar bersama saya dihabiskan dengan mengerjakan pekerjaan rumah, MENGHAPAL tanggal-tanggal, MENGHAPAL nama-nama, MENGHAPAL ayat-ayat alkitab, MENGHAPAL dan terus menghapal.

Mama Andri membelikan banyak buku tambahan untuk belajar. Buku tanya jawab, plus kunci jawabannya untuk saya tentu saja. Buku tambahan ini disiapkan oleh pihak sekolah, dan disampul bukunya dikatakan telah disesuaikan dengan kurikulum yang terbaru. Kurikulum yang memuat banyak sekali bahan-bahan baru untuk DIHAPAL.

Bagi yang mempunyai akun twitter, jenis dan contoh pertanyaan Andri bisa dilihat dalam timeline @soalBOWBOW, pada saat saya menulis ini, saya sudah menjawab banyak sekali soal-soal tersebut dan selalu mengingat Andri tiap kali menjawabnya.

Hal terburuk adalah bila besok ada ulangan. Dan akan lebih buruk bila hasil ulangan Andri kurang dari 60. Seringkali saya datang dan disambut dengan wajah murungnya, dan biru-biru di sekujur tangannya! Mama Andri selalu merasa tertekan dan akan langsung menambah jam belajar Andri dengan MENGULANG soal-soal yang diberikan saat ujian. Mama Andri bukan orang penyabar, darah tingginya akan langsung kumat, dan Andri akan menjadi korban cubitannya.

Pada bulan-bulan pertama, saya seringkali merasa sangat bersalah karena tidak berhasil membuat Andri lebih pintar MENGHAPAL. Mama Andri selalu mengingatkan saya bahwa saya bertugas untuk membantu Andri berhasil dalam sekolahnya. Beberapa kali saya ingin untuk berhenti saja, tetapi pada akhirnya saya teruskan karena tidak tega dan merasa kasihan pada Andri.

Ya saat itu saya memang butuh uang, tetapi saya dapat dengan mudah mencari pengganti Andri. Banyak sekali orang tua yang khawatir anaknya tertinggal pelajaran dan gagal dalam sekolah. Bahkan saya tidak pernah beriklan untuk jasa menemani belajar tersebut. Saat itu saya menemani belajar beberapa murid sekolah dasar secara privat, artinya saya datang ke rumah mereka sepulang sekolah.

Murid-murid saya, yang semuanya bersekolah di sekolah swasta yang punya nama, rata-rata memiliki jadwal kegiatan sehari-hari yang sama. Pulang sekolah sore hari, istirahat sebentar, lalu dilanjutkan dengan 1-2 jam untuk mengerjakan PR, lalu 1-2 jam untuk menghapal bila esok ada ulangan, mereka rata-rata selesai dengan urusan sekolah ini tiap jam 10 malam.

Sabtu dihabiskan dengan kegiatan ekstra-kurikuler, basket, atau renang, atau drama sekolah, atau balet dan kursus bahasa Inggris + kursus KUMON + kursus bahasa Mandarin. Hanya di hari minggu mereka bisa terbebas dari kegiatan sekolah (walau seringkali saya datang di hari minggu malam untuk menemani belajar bila seninnya ada ulangan).

Siapa yang salah? tak tahulah. Saya tak berminat untuk mencari siapa yang salah dari carut marut sistem pendidikan kita. Pendidikan yang menekankan bahwa penguasaan pengetahuan adalah sama dengan MENGHAPAL. Pendidikan yang memiliki standar kenaikan kelas dengan mengukur berapa banyak yang berhasil diserap (baca: DIHAPAL) oleh anak didik dalam kurun waktu satu tahun pelajaran.

Tapi saya sangat berminat untuk mencari cara untuk menelikung semuanya. Bila kita kalah dalam melawan sistem ini, kita harus ubah aturan mainnya. Bagaimana?

Bangkok, 24 November 2010
*Andri tentu saja bukan nama sebenarnya, bertahun-tahun saya tak mendengar kabarnya lagi, semoga dia baik-baik saja

No comments:

Post a Comment