Life is a celebration of infinite possibilities!


Matinya Filsafat Kita

"Filosofi sudah mati!" begitu kata Stephen Hawking. Astronom dan fisikawan teori yang mewarisi nama besar Sir Isaac Newton dan Albert Einstein. Buku terbarunya telah terbit, The Grand Design, juga telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

Hawking mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan berabad-abad silam. Pertanyaan-pertanyaan yang secara tradisional menjadi bahan pemikiran, perenungan dan perdebatan para filsuf seperti bagaimana cara kita dapat mengerti dunia tempat kita terlahir kini, bagaimana dunia kita sesungguhnya bekerja, apakah realitas itu, darimana semesta termasuk kita di dalamnya berasal, apakah semesta memerlukan pencipta untuk eksis.

Para filsuf telah membolak-balik pertanyaan yang sama sejak hampir 5000 tahun silam. Berdasarkan rekam jejak sejarah, para brahmin di India telah mulai mempertanyakan tujuan kita hidup sejak 2000 tahun sebelum masehi. Semua teori dan kemungkinan telah dijabarkan oleh mereka.

Tapi manusia tak bisa lepas dari cara pandang yang dihasilkan oleh pengamatannya terhadap dunia dan sekitarnya. Takkala mereka memandang langit, jauh sebelum langit terpolusi oleh cahaya listrik dan asap yang kita hasilkan kini, mereka takjub melihat bintang-bintang menggantung. Setelah beberapa saat, mereka menyadari bahwa posisi bintang-bintang itu tidak sama sepanjang malam, mereka bergerak! Beberapa dari nenek moyang manusia ini mulai membuat catatan, dan mulai menemukan suatu pola pergerakan bintang-bintang di langit. Peta langit pertama yang hanya diamati oleh manusia dengan mata telanjang pun tercipta, berabad-abad sebelum teleskop sederhana pertama digunakan sebagai alat bantu.

Pergerakan bintang yang kita amati dari bumi memberikan sensasi bahwa mereka bergerak mengelilingi bumi. Para pelaut dan pengembara di gurun-gurun menggunakan pengetahuan tentang posisi bintang ini sebagai penanda arah, sangat berguna agar tidak tersesat di tengah-tengah samudera atau padang gurun yang luas. Sebagian dari nenek moyang kita mulai menghubungkan kejadian-kejadian penting disekitar mereka dengan posisi bintang-bintang di langit. Lahirlah Astrologi, yang hingga kini ramalannya masih selalu ditunggu.

Manusia juga mulai mempertanyakan mengapa mereka lahir ke dunia ini. Sangat sulit untuk menerima bahwasanya kita lahir dan kemudian mati tanpa sebab. Manusia mencari jawabannya ke dalam diri maupun ke luar diri. Dan terus mencari hubungan di antara keduanya.

Kita, saya dan anda, sangat beruntung hidup di awal abad 21 ini. Perang besar yang terakhir kita rasakan sebagai umat manusia adalah Perang Dingin antara Amerika Serikat VS Uni Sovyet yang berakhir di akhir abad 20 dengan kebangkrutan Uni Sovyet. Dengan ketiadaan perang ini, umat manusia memiliki waktu luang untuk mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang menggelitik keingintahuan kita sebagai manusia.

Lembaga-lembaga riset, universitas, dan sekumpulan elit periset dan ilmuwan dunia kini memiliki waktu dan kesempatan untuk menjelajahi bidang ilmu mereka sampai batas yang paling jauh. Keadaan damai ini pula memungkinkan kemajuan teknologi berkembang sangat pesat, kemajuan yang belum pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan. Memang kemajuan ini sangat timpang, informasi dan penyebaran manfaat dari kemajuan ini selalu mengakibatkan gegar budaya.

Saya memiliki handphone pertama saya waktu kuliah, Nokia 5500 kalau tidak salah. Handphone sejuta umat dengan layar hitam putih dan saat itu berukuran relatif kecil. Dalam waktu hanya 8 tahun, kini saya menggunakan Blackberry bold dengan layar lebar penuh warna dan kemampuan mengakses internet. Anda bisa bayangkan bila kita sekarang memperkenalkan handphone ini ke sebuah suku di pedalaman Irian Jaya yang bahkan belum mengenal listrik. Apakah anda bisa memprediksi gegar budaya dalam suku tersebut? Sayangnya ketimpangan ini akan semakin lebar di masa mendatang.

Hawking adalah sedikit ilmuwan yang selalu berupaya untuk mengkomunikasikan apa yang telah dicapai oleh para ahli, khususnya di bidang keilmuwannya yakni astrologi dan fisika, kepada khalayak ramai. Dia telah menerbitkan beberapa buku, di antaranya The Brief History of Time. Dalam buku ini dia menjabarkan betapa pandangan kita terhadap ruang-waktu berubah. Einstein memperkenalkan suatu ruang-waktu yang lain dari yang kita biasa kita pahami. Ruang dan waktu yang relatif.

Tapi bahkan pada jaman Einstein hidup. Teknologi yang dimiliki umat manusia tidak bisa digunakan untuk melakukan percobaan-percobaan untuk membuktikan prediksi-prediksi yang terkandung dalam teori-teorinya. Bahkan prediksi dalam persamaan Einstein bahwasanya materi dengan massa yang sangat besar mampu membelokkan cahaya, tidak dapat dibuktikan pada saat Einstein masih hidup.

Jaman sesudah Einstein, kemajuan teknologi memberikan manusia alat tambahan untuk mengamati semesta, baik makro-kosmos maupun mikro-kosmos. Revolusi komputer juga memungkinkan kita memiliki mesin yang cukup punya daya untuk memproses data-data yang sangat besar yang kita kumpulkan.

Teleskop Hubble diluncurkan ke ruang angkasa untuk mengintip alam semesta. Dari gambar-gambar yang dikirimkan ke bumi, para periset mempunyai data-data yang tak pernah dilihat umat manusia sebelumnya. Kita kini bisa melihat bintang yang bertabrakan, bintang yang sedang sekarat, galaksi yang bertabrakan, galaksi muda yang masih dalam pembentukan. Kita bisa mengintip pusat galaksi kita, milky way aka bima sakti, dan mengamati blackhole yang menjadi jangkar rotasi galaksi kita. Kita juga memiliki teleskop gelombang radio, bahkan NASA telah mengirimkan misi ke planet Mars.

Dengan hasil pengamatan yang tak pernah bisa dirasakan oleh para filsuf jaman lampau. Hawking dapat dengan aman mengatakan bahwa filsafat sudah mati, karena pertanyaan-pertanyaan dan spekulasi mereka terbatas pada kemampuan pengamatan mereka pada jamannya. Tapi Hawking juga menghidupkan kembali gairah keingintahuan manusia, dan mungkin para filsuf modern akan lahir. Akankah Indonesia melahirkan filsuf-filsuf yang mampu menjawab tantangan Hawking? mudah-mudahan!

Bangkok, 6 Oktober 2010

No comments:

Post a Comment