Sebuah rumah. Beribu kenangan terpatri. Pada bayangan senja dari sela-sela jendela, kusen tua yang kurang dilumasi, kursi kayu tua yang kini dibilang antik, buku-buku dari jaman lampau, asbak keramik China, lukisan Raden Saleh yang entah asli atau tidak, gelas hadiah sabun colek, radio tua yang dulu pernah berjaya, gorden sobek yang dijahit ibu, dan buku harianku.
Rumahku tak ada lagi, semua hanya rekaman dalam ingatan. Tapi buku harianku kutemukan ditumpukkan barang-barang tua dari kardus-kardus yang tak pernah kubuka.
Kubaca lembar-lebar penuh tulisan, juga gambar-gambar, juga kekonyolan-kekonyolan ku yang dulu. Sepertinya aku membaca orang lain! siapa penulisnya? aku tahu itu tulisanku, tapi kini tulisan-tulisan itu sepertinya bukan milikku lagi. Ia mewakili siapa? aku yang lalu tentu saja aku, tapi juga bukan aku!
Tulisan itu berkelana, aku juga berkelana. Menjadi tua dan berharap tambah bijaksana. Tulisan itu entah sampai kemana, akankan ia dibaca orang nantinya? Dibaca ribuan orang seperti tulisan buku harian seorang anak perempuan pada jaman holocaust yang aku lupa namanya! Atau seperti autobiografi orang-orang terkenal, buku sketsa Da Vinci, tulisan-tulisan William Blake, sketsa-sketsa Hemingway atau siapalah.
Tulisanku menjumpaiku lagi. Seolah ingin berbagi ingatan, ingin diberikan arti kembali.
Bila kuberikan padamu, istriku, jangan kau cemburu, di situ ada tulisanku mengagumi seseorang - walau tak berani kutulis nama - tapi kiranya kau dapat menduga. Gadis itu kini menjadi seorang yang amat berbeda. Rona di pipinya menghilang dan kini ia pakai kaca mata. Tambah cerewet kini, dan hidupnya cukup bahagia, setidaknya begitulah penilaiannku. Anaknya saja kini sudah dua dari seorang suami - aku.
Jakarta, 22 Januari 08
Buat: Derrida
Life is a celebration of infinite possibilities!

Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Buku harian Anne Frank itu boss.
ReplyDeleteTouchy boss...very touchy....